Friday, March 1, 2024

Papie Jarig 2022

Hi Pa … tanggal 30 September 2022 kemarin merupakan jarig Papie yang kalau kita masih bersama akan menjadi tahun ke 89; tapi Papie telah berpulang pada 27 Desember 2001.

Cover Otobiografi ... Konsep otobiografi ini ditemukan secara tidak sengaja. Beberapa hari setelah beliau berpulang kami anak beserta menantu memasuki ruangan belajar almarhum, tempat beliau banyak menghabiskan waktu setelah kesehatannya mulai menurun.
Diruangan tersebut selain melihat catatan2 yang ada, kami juga membuka laptopnya ; dimana kami menemukan konsep otobiografi ini dengan tanggal update terakhir tepat sebulan sebelum beliau berpulang pada 27 Desember 2001.
Dalam mufakat kami sebagai ahli waris, akhirnya diputuskan bahwasanya konsep ini akan kami terbitkan untuk kalangan terbatas ; setelah melalui edit seperlunya dengan ditambah kesan dari keluarga dan kerabat.
Selanjutnya bertepatan dengan haul pertama sekaligus pelaksanaan acara mambulangi (adat kematian Mandailing) ; kami, para ahliwaris menerbitkannya dengan judul sesuai konsep yaitu “Bukti Kepada Generasi Penerus”.
Surprisingly, ketika dengan maksud mendokumentasikan; otobiografi ini kami upload di personal blog ternyata mendapat respon lumayan.

Sebagai anak ; setiap tanggal 30 September tentunya membawa kenangan saat kita masih bersama terutama diskusi maupun perdebatan inisiasi Papie yang biasanya terjadi saat makan malam.

Dekade ’80 dan ‘90an memang era yang menakjubkan, yakni saat terjadinya berbagai lompatan dalam berkehidupan sebagai konsekuensi kecepatan perkembangan teknologi. Perkembangan yang bertujuan untuk memudahkan berkehidupan disatu sisi, dan kesiapan serta kematangan individu bersikap untuk berprilaku sesuai dengan perubahan teknologi disisi lain.

Sidang makan malam, membawa kita untuk mendiskusikan berbagai fenomena yang muncul saat itu ; dan diera itu sebagai bahan terkadang Papie membawa (sebagai contoh) Toffler sebagai ‘narasumber utama’ dalam membaca fenomena yang muncul.

‘Sidang Makan Malam’ ini merupakan ritual wajib untuk dilaksanakan, yang lama sesudahnya kami sadari adalah cara Papie sebagai kepala keluarga membangun komunikasi.

Selesai bersantap, biasanya Papie melempar topik sederhana ; misalnya saat ter baik untuk menghidangkan kepiting adalah saat bulan penuh, karena kondisi air laut banyak mengandung plankton sehingga kepiting bisa mengkonsumsi lebih banyak makanan. Begitu juga dengan arus air laut ; diawal dan akhir bulan, arusnya akan lebih kuat sehingga kepiting lebih mudah mendapatkan makanan.

Dari saat terbaik untuk membeli kepiting, topik akan melebar sesuai respon dari audience. Kemampuan andragogi Papie sebagai dosen mampu membangun respon positif dari audience, dan disaat yang tepat ; barulah ‘main course’ akan disampaikan.

Materi ‘Sidang Makan Malam’ di era ‘80 dan ‘90an banyak menyinggung tentang fenomena peran Teknologi informasi atau IT (hardware, software, useware) sebagai perangkat utama pembentuk budaya baru manusia berkehidupan.

Fenomena sebagai mana yang diperkirakan futurolog Amerika Alvin Toffler, melalui karya karyanya yang banyak membahas mengenai revolusi digital, revolusi komunikasi, dan singularitas teknologi ; lewat buku antara lain ‘Future Shock’ dan ‘The Third Wave’.

Papie berhasil memberikan kesadaran akan fenomena tersebut dan menunjukkan pentingnya hal tersebut dengan menghadirkan PC pertama dirumah pada tahun 1985 setelah ditahun tahun sebelumnya sering membeli gadget komputatif ; masih segar diingatan, kekaguman memegang gadget yang dapat memperlihatkan perkembangan harian bioritmik pribadi.

Papie tidak secara langsung mengarahkan agar keluarga untuk belajar, tapi memberi contoh dengan belajar secara private dan hasilnya dijadikan bahasan saat ‘Sidang Makan Malam’. Lack of knowledge tentu terjadi antara yang belajar dan tidak, dan berakibat munculnya inequality yang mengganggu stabilitas forum. Inequality ini yang akhirnya memacu anggota keluarga untuk untuk belajar agar bisa ‘equal’ sehingga tetap bisa exist diforum ; suatu penerapan ‘Fairness Competiton’ yang ditanamkan di keluarga.

Secara pribadi, bagi kami pengetahuan akan IT ini sangat banyak berperan saat berkarir sebagai karyawan di perusahaan. Kami berproses dan menjadi bagian dari bisnis perusahaan dari yang dikelola secara manual sampai dengan era sistem terintegrasi ; dimana imajinasi yang terbangun saat membaca ‘Future Shock’ dari Alvin Toffler telah sangat mendekati ; cuma penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang belum sempat kami alami.

Kalau Papie masih ada tentu banyak hal yang bisa kita jadikan bahan ‘Sidang Makan Malam’ , there is lot of matters. Salah satunya mungkin ‘Digital Disruption’ ; Gelombang Ketiga Alvin Toffler dimana banjir informasi pada akhirnya membawa permasalahan sendiri. Saat ini dunia diharuskan menentukan sikap akibat terjadinya disrupsi tersebut, harus mampu beradaptasi dan membentuk strategies platform yang tepat untuk membentuk business model mutakhir yang selaras dengan ecosystem evolution yang terjadi.

Diskusi tersebut mungkin cukup alot karena para audience sudah lebih berpengalaman sesuai bidangnya. Para audience sudah berproses secara alami, dimana saat ini seluruh anak dan menantu Papie sudah berkategori purnatugas dan tongkat estafet sudah dilanjutkan cucu dan cucu mantu, hanya tinggal satu lagi cucu Papie yang sedang menempuh pendidikan.

Jikalau pembahasan menjadi seru dan alot, tentunya membutuhkan ‘tools’ yang tepat untuk dapat berakhir secara elegan. Dan disinilah peran seorang Ibu menjadi sangat menentukan. Kalau diskusi sudah melampaui waktu dua jam, sang penguasa rumah Inanta Soripada Boru Regar akan mengakhiri dengan pernyataan ‘Ini meja mau dibersihkan’ ; just like that, like Coco Chanel says ‘Simplicity Is The Keynote Of All True Elegance’.

Semua tinggal kenangan dan saat ini, tak lain dan tak b
ukan ; yang bisa dilakukan hanyalah berusaha menjadi golongan anak saleh, dengan harapan doa kami dapat diterima. Berdoa agar segala dosa Papie dan Mamie diampunkan, segala amalan diterima serta dilapangkan dialam kubur.

Semoga Papie dan Mamie diterima disisi Allah SWT.

Sepanjang hidupnya Papie tetap merasa sebagai Dosen, dan secara konsisten dijalani ; sedangkan profesi lain adalah atas alasan praktis.
Papie menjalankan profesi sebagai dosen tetap di FE USU sejak tahun 1962 sampai dengan resign tahun 1966 (dengan jabatan struktural Pembantu Dekan I), sedangkan sebagai Dosen tidak tetap dijalani sampai 1982. Selain di USU, Papie sampai akhir hayatnya aktif sebagai dosen dibeberapa universitas swasta di Medan.
Sebagai mahasiswa baru tahun 1982 di FE-USU ketika akan mengisi KRS pertama kali, saya masih melihat nama Papie sebagai dosen mata kuliah Ekonomi Pertanian I dan Ekonomi Pertanian II di Jurusan Studi Pembangunan. Tapi di semester berikutnya sudah tidak ada ; ketika hal itu ditanyakan ke Papie, maka jawabnya 'saya tidak mau ada conflict of interest'. Yes its him, that's my Papie ..

Suatu ketika setelah selesai ujian akhir SMA, kami diajak menemani Papie kunjungan dinas ke Pontianak (saat itu Papie bekerja di PNP VII Bah Jambi, yang sedang giat melaksanakan pembangunan Proyek PIR di Kalimantan Barat).

  Saat keberangkatan ternyata ada 'bule' yang dikenalkan Papie sebagai orang  dari 'Rockefeller Foundation' bernama Michael R. Dove.
Sepanjang waktu perjalanan lewat darat maupun sungai menuju berbagai site untuk berjumpa dengan penduduk asli maupun para pekerja proyek, mereka berdua terlihat berdiskusi sangat serius.
Jauh hari kemudian saya baru mengetahui bahwasanya Michael R Dove (thanks to internet) adalah seorang ecological anthropologist kelas dunia yang saat ini masih aktif mengajar sebagai Professor of Social Ecology di Yale University, salah satu universitas yang banyak melahirkan Presiden Amerika selain Harvard University.


Catatan pada halaman terakhir telaah Dove berkaitan dengan pembangunan Proyek PIR di Kalimantan.

Shock itu terjadi tahun 2003 ; pada suatu kesempatan saat mengunjungi Mamie di Medan, dalam salah satu perbicangan beliau bertanya "Mamie baru terima transfer dari penerbit Gadjah Mada University Press. Baiknya uangnya buat apa ?", saya kemudian bertanya "Transfer dari mana Ma, untuk apa". Mamie kemudian menguraikan bahwasanya mamie baru menerima transfer sehubungan dengan cetak ulangnya buku "Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit" dimana papie menjadi salah satu penulisnya dan penerbit membayar royalti terhadap cetakan pertama dari buku itu.

Shockingly … karena dalam pikiran maupun perasaan kami terbersit rasa walaupun Papie telah tiada tetapi masih berkemampuan untuk memberikan uang kepada Mamie sebagai istrinya.


Pada Desember 2006 terjadi kehebohan ketika Julian Paul Assange seorang jurnalis Australia meluncurkan situs web bernama WikiLeaks yang mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia negara dan perusahaan kepada publik melalui web nya.
Ketika iseng searching nama papie di webnya ternyata aktifitas perusahaan sebesar PTP II juga ikut dimonitor. Monitoringnya berkaitan dengan kebutuhan alat dan bahan pembangunan PKS Gohor Lama saat itu.


Papie cukup aktif menulis sejak mahasiswa dalam bentuk telaah maupun jurnal, sebagai kolumnis yang diekspose melalui koran lokal maupun buku.
Ternyata, diantara karya tulis Papie tersebut ada yang menjadi koleksi Library of Congress.
Library of Congress yang didirikan tahun 1800 merupakan perpustakaan penelitian yang secara de facto merupakan perpustakaan nasional Amerika Serikat.


Selain di Library of Congress, buku Papie juga ada yang menjadi koleksi National Library of Australia.


Papie dengan mobil kesayangannya di halaman Lembaga Pendidikan Perkebunan Medan.


Pusara Papie dan Mamie di TPU Islam Sei Batu Gingging, Medan.


Papie n Me, 1969.

------------------------------------