Sunday, December 30, 2012

HANDELS VEREENIGING AMSTERDAM dan SEKOLAH TAMAN ASUHAN


Awal Berdirinya HVA

Handels Vereeniging Amsterdam (HVA) berdiri pada 1878 sebagai akibat dari tekanan situasi setelah perang Jawa (1825-1830). Tidak kondusifnya situasi diakarenakan situasi perang memberikan tekanan dan akhirnya mengganggu proses perekonomian. Situasi yang penuh tekanan tersebut akhirnya membuat beberapa firma perkebunan berusaha untuk keluar dari kondisi tersebut dengan cara bergabung dan mencari investor yang dapat membawa dana segar untuk menyuntik modal perusahaan.

Setelah berupaya untuk berkoalisi secara strategis, akhirnya pada September 1878 perusahaan baru  dibentuk sebagai kelanjutan beberapa perusahaan perkebunan yang sebelumnya sudah ada ditambah dengan perusahaan baru yang masuk sebagai investor. Untuk selanjutnya perusahaan yang baru dibentuk itu diberi nama Handels Vereeniging Amsterdam (HVA). 

Akta pendirian perusahaan dibuat dihadapan Notaris J. G. Pouw Jr di Amsterdam pada tanggal 23 Desember 1878 dengan saham sebanyak 2.500 lembar dan modal ditempakan sebesar NLG 1.250.000. berlaku efektif mulai 1 Januari 1879.

Pada saat pertama kali berdiri, perusahaan mempunyai 144 orang pesaham, dengan beberapa pesaham yang dominan sebagai berikut antara lain ;  J Ankersmit Jr (Fa Blankenheym & Nolet), JC Brandt Jr, SS Dentz, VE Gans, ER Haighton, (Fa M Hertz & Cie.,Fa. Kaupé en Wilde),  EJJ Kuinders, J Louis Kuinders, LT Damalvy Molière, JL vd Moolen, H Reineke, (Fa Jb en Hk Salm), OWJ Schlencker, G Suyckerbuyck, GRA Urïste, (Fa Wed Jan van Wesel & Zn), W Wille, GA Willing Withoedenveem, (Firma Middelhoven, Stork & Cie., Fa Zillesen en Van der Aa.)

Pada saat awal berdirinya ini, perusahaan beroperasi melanjutkan operasional dari bekas assets Kuinders & Co. Amsterdam, Reineke & Co. Batavia dan Wille, Goose & Co. Surabaya, dengan hasil yang kurang menggembirakan. Pada tahun pertama keuntungan dan dividen berkurang  10% dari tahun sebelumnya.

Beratnya situasi perusahaan menyebabkan manajemen tidak dapat memberi keuntungan bagi para pesaham, untuk selanjutnya  manajemen memutuskan tidak membagi deviden dalam rangka menguatkan kondisi keuangan.

Kondisi perusahaan dari sisi keuangan yang kurang menggembitakan bertolak belakang dengan kondisi operasional perusahaannya, dimana pada 1879 perusahaan berhasil ekspansi dengan mengakuisi dua pabrik gula dan beberapa pabrik kopi. Selain daripada itu ratio penjualan juga menunjukkan hasil yang baik yaitu hampir tiga kali lipat dari nilai modal disetor pada 1879 dan 1881.

Masa Konsolidasi dan Eksploitasi.

Berawal dari assets yang sudah ada pada awal  HVA dibentuk, maka untuk selanjutnya modal awal itu dikembangkan lagi secara agresif, baik melalui ekspansi, akuisisi maupun kerja sama.

Kekuatan HVA yang paling utama adalah bahwasanya perusahaan ini bermula dari perusahaan perdagangan sehingga mempunyai jaringan pasar yang luas (pada saat awal berdiri mempunyai kantor di Batavia, Medan, Semarang, Surabaya, Manchester, Singapore), selain daripada itu posisi ini juga mampu memberikan kemampuan market intelligence dan market research melalui pertukaran informasi antar kantor.

Hal tersebut dapat kita lihat dengan perkembangan yang demikian pesatnya dari perusahaan, dimana pada tahun konsolidasi yang dimulai pada tahun 1890 dimana perusahaan belum memiliki kebun yang potensil dan hanya mengharapkan produksi berdasarkan kontrak terhadap pabrik gula dan pabrik kopi, maka pada tahun 1922 telah berhasil melaksanakan konsolidasi dengan menjalankan 39 unit usaha produksi dengan 7 komoditas ; gula, tapioka dan serat, serat, karet, kopi, kelapa sawit dan teh.
Di Jawa HVA mengelola 4 komoditas dengan 23 unit produksi ; dengan uraian sebagai berikut : 16 unit Pabrik Gula    (Djatiroto I,    Djatiroto I,    Goenoengsari,    Semboro, 
Bedadoeng, Mingiran, Kawarasan, Kentjong, Menang, Blimbing, Garoem, Tegowangi, Soemberdadie,  Ngadiredjo, Koenir,  Sroenie), 3 Kebun Tapioka dan Serat (Bendoredjo, Djengkol, Toeren),   3 Kebun Karet (Soember Petoeng, Redjo Agoeng, Papoh), 1 Kebun Kopi (Njoenjoer).
Di Sumatera HVA mengelola 4 komoditas dengan 16 unit produksi ; dengan uraian sebagai berikut : 4 unit Komoditi  Serat  (Dolok Ilir, Laras, Bah Djambi, Bandar  Betsy),  5  unit Kebun Kelapa Sawit (Tindjowan, Dolok Sinumbah, Pagar Djawa, Tonduhan, Boeloe Blang Ara),   3 unit Kebun Teh (Balimbingan, Sidamanik, Kajoe Aro), 4 unit Kebun Karet (Bangoen, Gohor Lama, Aloer Djamboe, Poelaoe Tiga). 
Selain unit produksi, perusahaan mengelola unit non produksi antara lain fasilitas kesehatan (untuk karyawan non tempatan) Hospitaal Ngadiredjo, Hospitaal Toeloeng Redjo, Hospitaal Balimbingan, Internaat Voor Schoolgande Kinderen pematang Siantar, dan poliklinik serta sekolah di kebun untuk pekerja tempatan.
Kinerja yang demikian, tentunya membanggakan mengingat dalam jangka waktu kurang dari 20 tahun jika dihitung dari eksploitasi pada kebun yang pertama telah meluaskan bisnis HVA menjadi sedemikian besar.

Akhir dari  Handels Vereeniging Amsterdam.


Pada tanggal 27 Desember 1958, Presiden Soekarno menandatangani Undang-Undang No. 86 mengenai Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda di Indonesia.
Tujuannya, selain sebagai alat politik untuk merebut kembali Irian Barat yang pada waktu itu memang masih menjadi perdebatan, juga untuk menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia, memperkuat kemampuan nasional dan menghapus diskriminasi ekonomi serta penaklukan ekonomi kolonial. Undang-Undang tersebut juga mengatur ganti rugi bagi pemilik lama untuk mencari penyelesaian hukum di pengadilan Indonesia jika ganti rugi yang ditawarkan tidak memuaskan. 

Eks Handels Vereeniging Amsterdam di Jawa.

PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI (Persero) adalah badan usaha milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan core business gula. Perusahaan ini bahkan satu-satunya BUMN yang mengusahakan komoditas tunggal, yakni gula, dengan kontribusi sekitar 16-18% terhadap produksi nasional. 
Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang diusahakan para petani sekitar melalui kemitraan dengan pabrik gula (PG). 

Pendirian perusahaan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari1996 dan merupakan gabungan antara PT Perkebunan XX (Persero) dan PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 1972 dan No.15 Tahun 1975. 

Kantor Pusat PTPN XI (Persero) yang beralamat Jl. Merak No. 1 Surabaya sendiri merupakan peninggalan HVA yang dibangun pada tahun 1924 dan merupakan lambang konglomerasi industri gula saat itu. 

Bentuk perusahaan berulang kali mengalami perubahan dan restrukturisasi terakhir terjadi pada tahun 1996 bersamaan dengan penggabungan 14 PTP menjadi 14 PTPN.

Eks Handels Vereeniging Amsterdam di Sumatera.

Setelah berpisah dan bergabung beberapa kali mulai tahun 1959 sampai dengan tahun 1996 akhirnya hampir seluruh eks unit usaha Handels Vereeniging Amsterdam di Sumatera bersatu kembali (terkecuali kebun Gohor Lama yang menjadi bagian PTPN II dan kebun Kerinci menjadi bagian PTPN VI) dalam perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), sesuai Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1996 tanggal 11 Maret 1996.

Kantor Direksi PTPN IV yang beralamat di Jl. Letjend Soeprapto No. 2 Medan mulai ditempati kembali setelah dikembalikan kepada Departemen Pertanian pada tahun 2000. 

Sebelumnya gedung yang dibangun oleh NV. HVA pada tahun 1926 dengan luas gedung 11.320 m2 itu, mulai tahun 1965 digunakan Departemen Hankam berturut-turut sebagai  kantor Perdamilda I, Koanda I, Kolatu, Kowilhan I dan selanjunya digunakan Polri sebagai Markas Polda Sumatera Utara

Setelah mengalami renovasi, pada tahun 2005 gedung eks kantor HVA Medan itu difungsikan kembali menjadi Kantor Direksi PT Perkebunan IV (Persero) yang mengelola kebun eks HVA.

Internaat Voor Europese Kinderen Dan Sekolah Taman Asuhan.

Internaat Voor Europese Kinderen adalah sekolah berasrama yang didirikan HVA sebagai fasilitas pendidikan untuk anak para pegawai eropa yang bekerja di perkebunan pada tahun 1925. Kalau di Pulau Jawa, HVA mendirikan sekolah untuk para pegawai eropanya dipusatkan di kompleks SF Goenoeng Sari, maka di Pulau Sumatera sekolah tersebut didirikan di Pematang Siantar.

Pelajaran yang diberikan di Internaat Voor Europese Kinderen ini adalah pelajaran setingkat sekolah dasar, dimana keseluruhan gurunya berasal dari eropa sehingga mutu dari para alumnusnya adalah baik. Hal tersebut jugalah yang membuat Barones A.C. de Jonge-Van Wassenaer Van Catwijck istri dari Gouverneur Generaal B.C. de Jonge menyempatkan diri berkunjung kesekolah ini ketika mendampingi suaminya melakukan kunjungan kerja ke Pematang Siantar.
 Internaat Voor Europese Kinderen Pematang Siantar
 Pesta Peresmian Internaat Voor Europese Kinderen Pematang Siantar
Suasana Ruang Bermain
 Suasana Ruang Belajar
 
Kamar Mandi
 Pementasan Drama Ulang Tahun ke 10
 Internaat Voor Europese Kinderen Pematang Siantar
 Spanduk Penyambutan Barones A.C. de Jonge-Van Wassenaer Van Catwijck
  Barones A.C. de Jonge-Van Wassenaer Van Catwijck ketika berkunjung ke
Internaat Voor Europese Kinderen Pematang Siantar tahun 1935.
Setelah pengambil alihan tahun perusahaan perkebunan pada tahun 1959, sekolah ini berubah nama menjadi SeKolah Taman Asuhan. Sekolah ini berubah dari sekolah berasrama menjadi sekolah umum. Sedangkan pelajar yang menuntut ilmu di sekolah ini tidak mengalami lagi pembedaan.

Walaupun guru guru yang mengajar disekolah ini tidak lagi berasal dari eropa, tetapi sampai saat ini Sekolah Taman Asuhan masih menjadi salah satu sekolah favorit di Pematang Siantar. Banyak dari para alumninya yang menjabat berbagai jabatan penting di pemerintahan, perkebunan maupun bidang lainnya.


Pustaka :

Aangeboden   Door   De    Handelsvereeniging   Amsterdam  1 Januari 1929 - De Directie Der Handelsvereeniging Amsterdam