Sunday, December 2, 2012

RUMAH SAKIT PETUMBUKAN

Nostalgic, itu tema tulisan ini. Saat kecil bermukim di Sei Karang adalah hal yang mengingatkan akan keberadaan RS Petumbukan atau dalam bahasa sehari hari disebut dengan rumah sakit tumbukan. 
Masih terbayang bersama ibu menaiki bus perusahaan bersama dengan keluarga karyawan lain pergi ke tumbukan untuk medapatkan pelayanan kesehatan. Misalnya hari hari senin dan kamis (?) adalah saat dokter gigi datang dari Medan dan pengunjung akan bertambah ramai dari hari biasa. Selain itu yang mengingatkan adalah ketika suatu saat mengalami kecelakaan di sembat (zwembad (nd)/swiming bath (eng)/kolam renang) Sei Karang sehingga dagu  mendapatkan jahitan. 
Sebagai pribadi banyak pengalaman medis maupun non medis yang dialami di tumbukan, termasuk saat indah (bagi anak kecil berhubungan dengan rumah sakit sering menakutkan) setelah selesai berobat dan mengambil obat di apotik ; saat menunggu seluruh penumpang untuk kembali ke Sei Karang, di area parkir bus biasanya meriah dengan penjual jajanan dimana gula tarik/gulali (gula tarik berlabur kacang, dimana carinya ya sekarang ?), kue pancong dan bandrek adalah yang menjadi penganan wajib tatkala berkunjung ke tumbukan. Penganan ini biasanya dijadikan para ibu sebagai anti depresaan bagi anak anak yang berobat (obat menangis dan merajuk).
RS Petumbukan berlokasi di Desa Pisang Pala, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Nama Petumbukan berasal dari pertemuan dua sungai yaitu Sungai Batu Gingging dan Sungai Bah Perak, yang dalam bahasa Karo disebut pertumbuken. Dalam sejarahnya rumah sakit ini beberapa kali ganti nama, Central Hospitaal Petoemboekan, kemudian menjadi  RS PN. Perkebunan V Petumbukan berganti lagi menjadi RS PT. Perkebunan V Petumbukan, dan akhirnya menjadi Rumah Sakit PTPN III Petumbukan sampai ditutupnya rumah sakit ini pada tahun 2002.
Riwayat rumah sakit ini berawal dari Serdang Doctor Fonds yang berdiri tahun 1905 sebagai wadah gabungan 31 kebun dan unit dari perusahaan Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam (RCMA), Perkebunan Harrison & Crossfield, Perkebunan SIPEF dan Deli Spoorweg Maatschappij di daerah Serdang. Mulai dibangun pada  tahun 1905 dan selesai serta beroperasi pada tahun 1913. Pendirian rumah sakit ini awalnya dimaksudkan untuk melayani kesehatan dari para pekerja perkebunan serta meminimalisasi biaya kesehatan, selain daripada itu pembangunannya juga bertujuan untuk efisiensi pembangunan sarana kesehatan karena letak kebun dan unit  antara ketiga perkebunan besar ini berdekatan jaraknya. RS Petumbukan berdiri dilahan OK Tousa atau Datuk Tousa ; Datuk Kedatukan Petumbukan Urung Batak Timur yang merupakan bagian dari Kesultanan Serdang dengan cara pinjam pakai yang oleh karenanya kepemilikan lahan berkelanjutan kepada ahli warisnya.  Transaksi Jual Beli antara OK Tousa dengan Serdang Doctor Fonds dilakukan pada tanggal 20 Maret 1913. OK Tousa telah membuat perjanjian dengan Serdang Doctor Fonds mengenai pemakaian tanah seluas 6,5 ha untuk pendirian Rumah Sakit Petumbukan dan perjanjian ini dikenal dengan istilah   “Verkaufs Vertrag”,  dimana dalam perjanjian ini mengatur beberapa hal ; antara lain apabila rumah sakit ini sudah tidak beroperasi lagi maka lahan tersebut dikembalikan kepada keluarga ahli waris serta kompensasi berobat secara cuma-cuma kepada keluarga OK Tousa beserta ahli warisnya selama rumah sakit ini masih beroperasi.
Keterangan Gambar :
Posisi pekerja yang menjadi pasien Hospitaal Petoemboekan En Serbajadi posisi tanggal 31 Desember 1918 yang terdiri dari 31  Kebun/Unit, 474  Orang Cina, 12. 411Orang Jawa Pria (Lama), 713  Orang Jawa Pria (Baru), 6.608 Orang Jawa Wanita (Lama) dan 344 Orang Jawa Wanita (Baru). Jumlah Keseluruhan Pasien 20.550 Pasien.

Dokter pimpinan pertama yang bertugas di rumah sakit ini adalah seorang dokter Jerman bernama Dr G. Baermann  dan dengan berjalannya waktu terjadi penyesuaian sesuai kebutuhan. Tenaga medis yang pernah mengabdi di rumah sakit ini kebanyakan adalah bangsa Eropa. Beberapa dokter berkebangsaan Eropa yang pernah bertugas di RS Petumbukan, di antaranya dr CA Jans, dr ED van der Brug, dr FGC Arnout, dr CJ van Saane, dan dr W Kuppi. Sementara itu, perawat berkebangsaan Eropa yang pernah mengabdi antara lain Zuster Van Aeemstra, Zuster E. Fohns, Zuster Ten Boom, Zuster B de Vries, dan Zuster Lim Bru Lang. Setelah pengambil alihan Dokter kepala dijabat antara lain dr. Sumarlan, dr. Tengku Yusuf, dr. Sri Hardono, dr HM Rasyid Nurdin, dr. Maruhum Hutapea , dr Asri Malisie, dr. Isyro Ayubi Lubis dan dr Erlangga S.

Pada awal berdiri, fasilitas yang ada di rumah sakit ini masih sedikit sekali. Bangunan tersebut di antaranya Rumah Dokter, Rumah Dobi, dan Bangunan Rumah Sakit Utama yang konstruksi bangunan bergaya Eropa. Sumber Daya Manusia di rumah sakit ini seperti dokter, perawat, mantri, dan tenaga medis lainnya saat itu masih sedikit dan terbatas. Pekerja rumah sakit ini lebih didominasi oleh warga berbagai bangsa. Jerman, Belanda, Belgia dan lain-lain. Ada juga sebagian kecil orang-orang berkebangsaan Cina dan Jepang yang turut bertugas di rumah sakit ini. Pelayanan di RS Petumbukan saat itu sudah memenuhi staandar dengan tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, mantri, dan lainnya yang berkompeten.  Sebagai rumah sakit yang letaknya berada di pedalaman RS Petumbukan dapat dikategorikan lengkap fasilitasnya dengan pelayanan yang tidak mengecewakan.
Beberapa fasilitas RS Petumbukan tahun 1914 - 1918.

Penutupan RS Petumbukan
Setelah pengambil alihan 1959 ; mulai timbul permasalahan kepemilikan RS Petumbukan. Persoalan makin memuncak setelah ahli waris OK Tousa pada tahun 1961 mendaftarkan kepemilikan dan penguasaan areal ke Kantor Agraria Deli Serdang. Menyikapi hal tersebut pihak RS Petumbukan merembukkan kembali  perjanjian jual beli tanah (Verkaufs Vertrag) tanggal 20 Maret 1913 serta kesepakan yang melekat pada perjanjian tersebut. Pada tahun 1965 diterbitkan perjanjian baru menyangkut tatacara dan jumlah ahli waris yang ditanggung berobat secara gratis di RS Petumbukan, tapi sepertinya tidak memuaskan kedua belah pihak. Akhirnya pada tahun 2002 tanah ahli waris dikembalikan dan bangunan diatasnya dimusnahkan.

Pustaka :  
Royal Tropical Institute - SERDANG DOKTOR FONDS, HOSPITAAL PETOEMBOEKAN EN SERBADJADI, OOSTKUST VAN SUMATRA, RAPPORT VIII-XII / 1914-1918