Saturday, December 1, 2012

Tinjauan Buku Manajemen Perubahan dari Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc.


Buku ini merupakan karya dari seorang planters dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di dunia perkebunan.  Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. memulai karirnya didunia perkebunan berawal sebagai staf internal auditor di perbunan besar swasta dan mengakhirinya di puncak tertinggi sebagai Direktur Utama serta saat ini masih menjabat Komisaris Utama perusahaan perkebunan BUMN.
Banyak buku yang ditulis oleh planters tetapi buku ini adalah buku yang rasanya wajar apabila dijadikan buku wajib bagi praktisi maupun peminat  manajemen perkebunan, terutama bagi pemula tanpa pengecualian, baik itu pekebun mandiri, pekebun yang berkarir di perkebunan besar swasta maupun perkebunan besar milik negara.
Buku yang diberi judul "Manajemen Perubahan” dengan sub judul membalik arah menuju usaha perkebunan yang tangguh melalui strategi optimalisasi efisiensi mampu memotret apa yang telah, sedang dan akan terjadi dalam perspektif perkebunan. Sebagai seorang expert yang berlatar belakang sebagai pengajar di universitas, maka tata cara menulis yang telah dikuasai berpadu dengan alur pikir yang mampu disampaikan secara sederhana dan tidak rumit sehingga buku ini mudah dicerna bagi pembacanya.
“Bang Akmal tak segan belajar meskipun tidak mudah membuatnya percaya, apa lagi berbeda pendapat dengannya” , adalah penilaian tulus dari seorang Prof (Em).Dr.Ir.H. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc. guru besar dan rektor IPB 2003-2007 yang memberikan gambaran lugas dari seorang  Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. dan kesan itu pulalah yang akan kita dapatkan ketika kita membaca buku ini.
Buku ini disusun secara urut mulai dari Bab I sampai dengan Bab V ; dimulai dengan penggambaran situasi secara umum usaha perkebunan nasional sampai dengan implementasi dalam penerapan manajemen perubahan lengkap dengan langkah langkah program pembaruan pada organisasi.
Sistematika dan nomenklatur yang disajikan penulis, dengan editor Nina Kenyar ini membuat pembacanya dapat menekuni isi buku secara runut ataupun langsung kepada Bab yang dibutuhkan. Ilustrasi berupa tabel dan gambar memberikan tambahan informasi yang sangat  dibutuhkan untuk lebih dapat  mengerti isi buku ini.
Bab I Gambaran Umum Usaha Perkebunan Nasional adalah  gambaran umum yang memberikan gambaran posisi dan kondisi usaha perkebunan di Indonesia. Di awal Bab ini, penulis mengkritisi kondisi pengelolaan perkebunan nasional ; “Pada saat menghadapi penurunan harga jual, perusahaan perkebunan cenderung melakukan pemotongan biaya eksploitasi dengan mengabaikan norma teknis guna mempertahankan eksistensinya, sehingga makin memperburuk potensi sumber daya modal dan akhirnya mengancam kelangsungan usaha. Usaha perkebunan nasional masih dikelola secara konvensional melalui pendekatan yang sepotong sepotong, eksploitasi diarahkan pada kinerja jangka pendek, tidak fokus pada peningkatan produktifitas”  (Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. ,Manajemen Perubahan, Hal 2).
Paragraf ini penting ; “norma “ menjadi kata kunci dari buku ini. Mulai dari Bab I dan selanjutnya penulis menguraikan tentang norma sebagai standar dasar yang bersifat dinamis dan tidak statis; bergerak sesuai dengan kebutuhan dan  kondisi realita dari keadaan yang ada. 
Pada Bab ini juga penulis “mengenalkan” permasalahan yang dihadapi industri perkebunan di Indonesia. “Rendahnya produktifitas budidaya tanaman perkebunan rakyat yang memiliki ± 73 % dari total luas tanaman menghasilkan perkebunan menyebabkan produktifitas budidaya tanaman perkebunan nasional semakin jauh berada dibawah produktifitas yang seharusnya” (Hal 14) serta keharusan untuk segera memasuki industri hilir secara terencana dengan strategi yang jitu , “Disamping itu, sebagian industri hilir nasional memiliki skala ekonomi usaha yang kecil, terletak dikawasan industri yang jauh dari sentra produksi perkebunan serta pelabuhan ekspor, sehingga menyebabkan tingginya biaya investasi maupun eksploitasinya” (Hal 15).
Bab I ini diakhiri penulis dengan “menyadarkan” para pembacanya tentang siapa dan dimana posisi industri perkebunan saat ini dan  menguraikan hambatan hambatan pada usaha perkebunan nasional , yaitu : rendahnya produktifitas tanaman, tingginya biaya produksi serta rendahnya nilai hasil produksi.
Bab Kedua, Memahami Efisiensi Usaha adalah suatu jelajah yang disampaikan penulis, dimana penulis berusaha untuk membawa pembacanya untuk masuk lebih dalam ke permasalahan  yang dikelola dalam industri perkebunan. “Efisiensi penggunaan sumber daya menghasilkan keluaran (out put ) tidak jarang dimaknai secara keliru. Efisiensi sering dimaknai dengan sebagai tindakan meminimalkan biaya investasi dan eksploitasi untuk memaksimalkan laba, dengan mengabaikan norma teknis mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber daya, khususnya pada saat menghadapi penurunan harga jual. Tindakan meminimalkan biaya investasi yang mengabaikan norma teknis, seperti penundaan investasi peremajaan tanaman non produktif untuk dieksploitasi dalam memperoleh produksi dan menghindarkan kerugian nilai buku (sisa nilai perolehan) merupakan tindakan yang keliru, karena memperlemah kemampuan kemampuan sumber daya tanaman dalam melanggengkan perolehan produksi secara optimal. Hal ini  akan menimbulkan kerugian pada jangka panjang, disebabkan karena hasil produksi tanaman nonproduktif tidak optimal dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengeksploitasinya” (Hal  27).
Pemahaman terhadap efisiensi ini secara lugas disampaikan disertai dengan contoh dan tabel yang dapat menjelaskan kurangnya pemahaman akan efisiensi telah mengakibatkan hilangnya potensi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan ; berbeda dengan yang disampaikan Dermawan Wibisono dalam bukunya Manajemen Kinerja (2002), dimana laba dipandang sebagai konsekuensi logis dari produktifitas, kualitas, fleksibilitas dan pengiriman yang andal. Memahami tujuan usaha semata mata untuk memaksimalkan laba bagi kepentingan pemegang saham dapat menimbulkan tindakan tindakan yang melemahkan kesehatan perusahaan berupa menurunnya kemampuan sumber daya dan kemampuan mengeksploitasi  sumber daya menghasilkan output sehingga menurunkan tingkat efisiensi usaha pada jangka panjang.
“Efisiensi adalah tingkat kemampuan dari pemanfaatan sumber daya menghasilkan output, berupa kualitas dan produktifitas ; produktifitas adalah efisiensi dari penggunaan sumber daya untuk menghasilkan keluaran (output). (Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. ,Manajemen Perubahan, Hal  34). Efisiensi untuk mewujudkan ektifitas biaya (cost effectiveness) ; kekeliruan mengelola efisiensi tidak saja menurunkan produktifitas dan kualitas, tetapi juga merusak struktur biaya yang melemahkan daya tahan perusahaan dalam menghadapi efektifitas biaya.
Penulis membuat pemahaman bahwasanya kesalahan pandangan terhadap efisiensi dapat berakibat kepada justru terjadinya inefisiensi variable lain (Hal  43).
Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc saat menjadi pengampu pada KMP 143 di LPP Jogya
Norma teknis mengoptimalkan efisiensi sumber daya kerja ; manusia sebagai sumber daya memerlukan pengelolaan secara terstruktur dan harus tersistem secara baik untuk dapat berkinerja secara optimal di perusahaan. Penulis mengutip David D Dubois, William J Rothwell, Deborah Jo King Stern dan Linda K Kemp dalam bukunya Competency Based Human Resources Management (2004), kompetensi adalah characteristic that individuals have in use appropriate, consistent ways in order to achieve  desired performance, these characteristics include knowledge, skills, aspect of self image, social motives, traits, though pattern, mindsets and ways of thinking, feeling and acting. Persyaratan kompetensi ini diterjemahkan penulis dengangan membuat klasifikasi aktifitas proses internal dan baku normatehnis pada manajemen prosesnya (Hal  48)

Penerapan norma teknis mengoptimalkan efisiensi pada manajemen proses dan tugas tugas proses pembangunan dan pemanfaatan sumber daya dalam menghasilkan output yang optimal dan berkelanjutan memerlukan dukungan dari para stake holders. Untuk itu perlu dikembangkan budaya kerja dalam  menjalin hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dengan stake holders (Hal  56), dan diformulasikan menjadi Budaya Profesional, Budaya Kemitraan, Budaya Global dan Budaya Inovasi. Selain daripada itu Iklim organisasi hanya dapat terbangun melalui penerapan norma teknis dengan mengembangkan elemen kepemimpinan, sistem kerja dan tenaga kerja.
Kekeliruan dalam membangun tiga elemen ini akan menciptakan kegagalan iklim organisasi guna mengembangkan budaya kerja untuk memperoleh dukungan stake holders dalam mensukseskan strategi mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber daya menghasilkan output yang optimal dan berkelanjutan, (Hal  57).
Pada Bab Ketiga Penulis membahas pengelolaan efisiensi. Meningkatnya persaingan sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan liberalisasi perdagangan dunia (APEC, AFTA dan WTO) menyebabkan proses optimalisasi tidak cukup hanya mengandalkan kualitas, produktifitas dan efektifitas biaya saja ; tetapi juga harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan pengembangan produk (Hal  65).
Pada Bab keempat penulis berkonsentrasi dalam menjabarkan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pengoptimalan efisiensi ; mengurai lingkungan yang menjadu variabel dan selanjutnya manajemen organisasinya. Bab kelima sebagai Bab terakhir adalah program implementasi dari bab bab terdahulu ; disini diuraikan program program dalam membentuk karakter karyawan yang akan menjadi karakter perusahaan dan selanjutnya membentuk budaya perusahaan. Tinjauan akhir adalah The Winning Formula melahirkan Business Success Model yang menghasilkan Kinerja Excellent.

Sebagai catatan, pada saat menjadi siswa Pak Akmal pada Kursus Manajemen Perkebunan di LPP Jogyakarta saya membayangkan Pak Akmal seperti Robert Mc Namara menyampaikan  Eleven Lessons from the Life pada film dokumenter tersebut ; yaitu padat, lugas dan tepat pada sasaran, lebih daripada itu penyampaian juga tidak semata  success story tetapi juga hambatan yang dilalui serta keteguhan Pak Akmal dalam menjalankan prinsip seperti yang disampaikan Prof Ansori diawal tulisan ini.
Terima kasih Pak Akmal, buku ini sangat berguna bagi kami sebagai praktisi di perkebunan.


Keterangan ; Foto 1 dan 4 sumber Arnold Marpaung, Bandar Lampung.