Thursday, April 28, 2022

FOKKER, Anak Kebon Menyibak Angkasa.

Anthony ‘Tony’ Herman Gerard Fokker, (Blitar, 6 April 1890 - New York, 23 Desember1939)
Anthony Fokker adalah salah satu pionir dunia penerbangan yang lahir di Blitar saat ayahnya menjadi pemilik dan pengelola onderneming De Plantage Njoenjoer, (saat ini menjadi bagian Desa Soso, Kec. Gandusari, Kab.Blitar) sebelum dijual kepada Nederlandsch Indische Landbouw Maatschappij yang berafiliasi kepada NHM, ketika Herman kembali ke Belanda.
Banyak bahasan tentang Anthony ‘Tony’ Herman Gerard Fokker, (Blitar, 6 April 1890 - New York, 23 Desember1939) sebagai aviator secara popular maupun sains.
Anna Fokker-Diemont dan Herman Fokker bersama Toos (blurry didepan kanan) dan Tony (didepan Anna), ART, staf Belanda di beranda rumah di Njoenjoer.


Rumah keluarga Fokker di Njoenjoer.

Tony adalah anak kedua dari pasangan ‘Herman’ Gerard Anthony Fokker (Middelburg, 26 January 1851 – Haarlem, 17 December 1924) dengan Johanna Hugona Wouterina Wilhelmina Diemont (Leeuwarden, 28 May 1865 – Haarlem, 6 Maret 1945) dan kakak dari Catharina ‘Toos’ Jacoba Fokker (Blitar, 18 February 1889 – Zeist, 23 Agustus 1953).

Tony berasal dari lingkup keluarga bisnis, Kakeknya Anthony Herman Gerard Fokker (1809–1874) berbisnis pribadi sebagai pengusaha perkapalan dan perdagangan hasil bumi dari daerah koloni, selain bisnis pribadi; beliau berprofesi sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang Middleburg dan sebagai deputi komisaris Nederlandsche Handel Maatschappij.

Kehidupan sebagai anak perkebunan di Njoenjoer dijalani Tony hanya 4 tahun ; tidak panjang tetapi sangat berkesan bagi Tony yang secara berulang diceritakan dalam otobiografinya ‘The Life Of Anthony Fokker By Anthony H. G. Fokker And Bruce Gould, London, George Routledge & Sons, Ltd, 1931’.

“When I was a wild young boy, enjoying my freedom with the bronze skinned natives who were my play mates, Blitar seemed the best place in the world to live. The ‘islands of the shallow seas’ were my paradise. The natives shinned up trees like monkeys, using their toes as effectively as their fingers. My mother let me run barefoot too, and I imitated the natives until my feet and ankles grew abnor mally flexible for a white boy. Without any difficulty I could shin up a tree at almost a running pace, pick up nails with my toes, and simulate flat feet at will”, P11. Kutipan diatas, serta penggunaan ‘paradise’ oleh Tony menggambarkan dengan jelas perasaannya saat menjadi ‘anak kebon’.

Perilaku dan perkembangan pribadi Tony, akhirnya mengkhawatir kan Herman Fokker dan Anna Diemont dan pada akhirnya mereka mengambil keputusan untuk menjual asset perkebunan untuk kembali ke Belanda.

2021 - Kediaman keluarga Fokker di Kleine Houtstraat 41 (sekarang 65) Haarlem.

Di tahun 1894 akhirnya mereka kembali ke Belanda tanpa menunggu lakunya asset, karena secara finansial Herman Fokker mempunyai tabungan yang lebih dari cukup dari keuntungan tahun-tahun sebelumnya.

“For little Tony, moving to Haarlem was not easy” ungkapan betapa beratnya beradaptasi di kehidupan baru. Tony tidak dapat beralih dari berkegiatan dialam bebas, sehingga keberadaan rumah yang dekat ke pantai menjadikan kegiatan berlayar dengan perahu menjadi kegiatan sehari-harinya, dimulai dengan mengisi waktu luang berakhir menjadi kegiatan utama.

Saat menjalani pendidikan tingkat sekolah dasar, pelajaran yang menarik perhatiannya adalah prakarya bahan kayu maupun metal. Sedemikian tinggi minatnya sehingga dirumahnya disediakan sebuah wokshop mini yang lengkap. Tingkat pendididan dasar dapat dilewati Tony dengan susah payah.

Saat menjalani pendidikan menengah, kebiasannya tidak berubah. Ketidak seriusan mengikuti pelajaran berakibat kepada sering dikeluarkannya Tony dari kelas atau disuruh pulang oleh guru.

Suatu saat, ditahun kedua (mengulang) di kelas akhir sekolah menengah, Tony kembali dihukum pulang oleh Guru dan dirinya tidak berani pulang kerumah. Tony menunggu waktu pulang di ruang piket pintu sekolah, dan berkenalan dengan sesama murid yang dikeluarkan dari kelas bernama Frits Cramer. Perkenalan tersebut menjadi awal persahabatan dan keberkahan bagi mereka, karena selain karena latar belakang dan sifat ; ternyata minat mereka juga sama ditambah lagi ternyata kedua orangtua mereka berteman.

Frits Cremer

Berbeda dengan Tony, Frits Cremer (Gravenhage, 31 Juli 1890 - Hartford County, Conn, 12 Desember 1968) lahir dan dibesarkan di Belanda. Frits adalah anak dari ke 3 dari Jacob Theodoor Cremer (Zwolle, 20 Januari 1847 – Amsterdam, 14 Agustus 1923) seorang pionir Deli Planters yang pernah menjabat sebagai Hoofd Administrateur Deli Maatschappij, Presiden Nederlandsche Handel Maats chappij, Menteri Daerah Koloni, Dutabesar Belanda di Amerika (1920).

Perjumpaan pertama dilanjutkan dengan kebersamaan berikutnya, apalagi mereka bertetanngga. Frits Cremer tinggal disuatu country estate seluas 6 Hektar bernama Duin en Kruidberg ; bekas puri kerajaan yang didirikan William III tahun 1682 dan dimiliki JT Cremer mulai tahun 1895.

Duin en Kruidberg 2021

Kedekatan jarak dan lengkapnya fasilitas di Rumah Frits membuat Tony sering berkunjung. Sebelumnya, dibenak Tony ; sepeda adalah alat transportasi mekanis terbaik, tetapi hal itu berubah saat Frits mengenalkan dirinya kepada mobil. Keluarga Cremer mempunyai dua buah mobil dan salah satunya Peugeot Type 66 tahun 1904. Melalui pendekatan kepada Frits, Tony diizinkan belajar mengen darai dan belajar seluk beluk mobil yang dalam waktu singkat dikuasainya. 

Dari perbincangan kedua sahabat ini akhirnya timbulah ide yang mereka anggap ‘brilian’. Karena mutu ban saat itu masih rendah sedangkan jalan yang tersedia belum dirancang untuk kenyamanan berkendara, maka perjalanan sering mengalami pecah ban. Hal tersebut memunculkan ide ban yang bebas masalah, suatu sistem ‘reverse engineering’ dimana sabuk baja dipasang ke roda dengan sistem pegas dan batang torsi. Untuk hal tersebut maka kedua sahabat membuat proposal kepada orang tua masing-masing dengan keputusan ; biaya operasional plus sarana percobaan disediakan JT Cremer, sedangkan Herman Fokker bertanggung jawab untuk le galitas yaitu penerbitan hak paten agar produk akhir dapat diko mersilkan. Model sharing business antar keluarga ini akan berlan jut ketingkat korporasi hingga kemudian hari.

Tonny Fokker dan Fritz Cremer dengan mobil percobaan Peugeot Type 66 tahun 1904
Sistem ‘reverse engineering’ yang dicoba Tony dan Frits
Tony dan Frits bersemangat menciptakan dan menguji ‘penemuan’ mereka, tetapi berakhir dengan kekecewaan ; setelah enam bulan bekerja keras, penemuan seperti milik mereka ternyata telah dipa tenkan di Perancis.

Ditahun 1909 tersebut mereka berdua dipanggil untuk menjalan kan wajib militer ; dan berusaha menghindar dengan alasan ‘kaki rata’ (telapak kaki datar), sementara itu hasil pemeriksaan keseha tan menyatakan mereka sehat. Frits dengan pengaruh ayahnya, bisa menghindari kewajiban dan keliling dunia bersama adiknya Marnix ; sedangkan Tony, memulai kehidupan militernya di Benteng Fort Nardeen.

Di Fort Nardeen Tony tetap berupaya untuk direject, tetapi tidak berhasil hingga secara tidak disengaja Tony mengalami kecelakaan dipergelangan kaki ketika turun dari trem di Amsterdam saat diri nya mendapat izin berkunjung ke Kakaknya Toos. Situasi tersebut disertai ‘pendekatan’ kepada sersan pengawas ruangan yang me rangkap assisten dokter, akhirnya mewujudkan keinginan Tony hingga akhirnya pulang dijemput Herman dengan mengendarai mobil baru hadiah ulang tahunnya ke 20 di tahun 1910.

Keberadaan Tony selama beberapa bulan tanpa program yang jelas bukan cuma mengkhawatirkan Herman dan Anna, tetapi juga mengkhawatirkan keluarga besar Fokker. Akhirnya, setelah mem pertimbangkan masukan dari keluarga besar Fokker dan melihat minat Tony pada dunia otomotif, maka Herman memutuskan Tony belajar otomotif pada Rheinisches Technikum di Bingen, Rhineland, Jerman.

Tony kembali galau, karena pada 1909 saat diajak Herman melihat pameran otomotif di Brussels Automobile Show dirinya jatuh cinta pada pesawat terbang buatan Belgia yang saat itu dipamerkan. Seketika itu juga dia telah memutuskan dalam hati, suatu saat harus bisa membuat dan menerbangkan pesawat terbangnya sendiri.

Ketika sampai di Technicum baru disadari bahwa Tony didaftarkan ke kursus driver, bukan kesekolah teknik ; yang mana kondisi ini menjadi blessing in disguise bagi masa depan Anthony Fokker sebagai aviator.

Kesalahan penempatan itu membuat Tony bisa memilih secara lebih teliti dikarenakan sudah berada Jerman, dan melalui negosiasi dengan Kepala Technicum, akhirnya pada Mei 1910 Tony memutus kan melanjutkan pendidikannya pada Fachschule für Flugwesen dimana salah satu program yang diminati ada pada Erste Deutsche Automobil-Fachschule yaitu program aeronautical technology mencakup bidang engineering, airplane constructors, design and construction of the airplane serta pendidikan pilot profesional yang kesemuanya memakan waktu enam minggu. Herman tidak lang sung menyetujui, tetapi setelah Tony meminta ibunya untuk men dapatkan persetujuan Herman, maka dengan berat hati akhirnya Herman menyetujui.

Pendidikan dimulai 24 Oktober 1910 di tiga tempat ; pelajaran kelas teori di Zahlbach, praktek engineering di workshop di Dotzheim sedang praktek terbang di Mainz dan untuk pertamakali dalam hidupnya menetapkan ilmu pengetahuan sebagai prioritas.

Tony sangat bersemangat dalam mengikuti setiap aktifitas pembelajaran, tetapi berbagai macam kendala harus dihadapi. Kendala terbesar adalah ketika kelas penerbangan hampir diselesaikan, otoritas militer melarang kegiatan udara di Kota Mainz.

Kendala tersebut hampir menggiring Tony kepuncak frustasi. Dikondisi genting ini, rekan sekelasnya Franz von Daum mantan Letnan tentara Jerman menawarkan solusi ; membeli pesawat sete ngah jadi milik sekolah dan memindahkannya ketempat yang me mungkinkan untuk dilengkapi dan diterbangkan. Tawaran yang langsung disambut oleh Tony, yang dengan sokongan finansial orangtuanya (Herman surprise, melihat Tony telah memiliki semangat juang mencapai keinginan) pesawat tersebut dapat disele saikan di Kota Baden-Baden di akhir Januari 1911 dan diberi nama SPIKE.

Sesuatu yang sangat membanggakan Tony Fokker ; dalam waktu 3 bulan merubah status dari seorang awam menjadi aviator pada pesawat yang direncanakan, dibuat dan diterbangkannya sendiri.

Kerja keras siang malam termasuk melakukan uji coba pesawat berkecepatan 50 mil perjam berakibat Tony terkena radang pneumonia, yang untuk penyembuhan mengakibatkan dirinya kembali ke Belanda, penyakit yang akan membawa ajal bagi dirinya.

Februari 1911 Saat Tony sedang di Belanda, cobaan kembali terjadi. Melalui telegram Franz von Daum memberitahu terjadinya kecelakaan. Spike yang sedang status ujicoba diterbangkan dan menabrak pohon hingga hancur menyisakan mesinnya saja. Saat meninjau kondisi pesawat Tony memutuskan untuk membuat pesawat kedua dan dikerjakan di Kota Großen Sand karena tempat sebelumnya juga dilarang oleh militer.

Dengan motivasi tinggi, pada pertengahan April 1911 (enam minggu setelah kecelakaan) selesai dikerjakan dan pada tanggal 4 May dilakukan ujicoba resmi. Setelah semua dirasa sempurna pada tanggal 16 Tony melakukan ujian untuk mendapatkan sertifikat pilot yang dilakukan oleh Deutschen Luftschiffer Verband di Großen Sand. Dan sebagai puncaknya, pada tanggal 7 Juni 1911 ; Tony secara resmi menyandang status Pilot dengan nomor lisensi 88.

Tony dengan pesawat pertamanya 'Spider' circa 1911

Kesuksesan Tony menampilkan keunggulan ‘Spike’ dan ‘akrobat spektakuler looping di Adriaan windmill’ saat perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus 1911 di Haarlem menarik perhatian masyarakat aviasi beserta business circlenya termasuk fihak militer, yang berbuah tawaran kerjasama dari investor. Khusus untuk kegiatan ini dan seterusnya, Frits mengakhiri keliling dunia yang telah dijalaninya selama 2 tahun dan kembali untuk mulai mendampingi Tony.

Looping di Adriaan windmill 31 Agustus 1911
Dari banyaknya tawaran kerjasama, secara terburu-buru Tony menerima tawaran kerjasama Erich Schmidt-Choné dan Adolph Borchard dari Berlin dengan membentuk perusahaan Fokker Aviatik GmbH pada 6 February 1912. 

Tony alpa terhadap klausul bahwasanya investor hanya akan mendanai pembuatan pesawat yang dipesan oleh militer Jerman ; sehingga kebutuhan modal kerja awal ditanggung oleh Tony sendiri. Situasi yang rumit ini diselesaikan Herman Fokker dengan membeli saham Erich Schmidt-Choné dan Adolph Borchard seharga 50.000 Gulden untuk Tony bisa kembali mengelola perusahaan termasuk hak patennya.

Akhirnya prospek mulai cerah, pada 11 Juni 1913 dilakukkan penanda tanganan kontrak untuk pengadaan 4 pesawat Fokker type M.2 reconnaissance yang harus diserahkan sebelum tanggal 15 Agustus.

Jacob Theodoor Cremer (Zwolle, 30 Juni 1847–Amsterdam, 14 Agustus 1923)

Prospek yang mulai cerah tersebut tentu juga kembali membutuhkan suntikan dana segar ; dan untuk itu pada bulan Desember 1913 Herman Fokker menginisiasi rapat di Harlem yang dihadiri ; Tony, Herman Fokker (ayah), Eduard Fokker (paman), Anthony Fokker (paman) dan JT Cremer dengan hasil keputusan Tony menyetor modal (90.000 DM, Deutsche Mark), Eduard Fokker (60.000 DM), Anthony Fokker (30.000 DM) ditambah atas nama istrinya Susanna (20.000 DM) dan JT Cremer (40.000 DM) serta anaknya Frits Cremer (35.000 DM) yang mengajak Constand von Schmid pensiunan hoofd administrateur Deli Maatschappij (15.000 DM) dan Jan Everwijn pensiunan pejabat Kementerian Pertanian, Industri dan Perdagangan (10.000 DM). Kalau dicermati, daftar pesaham terbagi dalam dua kelompok ; Kelompok Keluarga Fokker dan Kelompok Keluarga Cremer. Kelompok Keluarga Fokker domitori Tony sedangkan Kelompok Cremer dimotori Frits Cremer.

Pabrik Fokker Aeroplanba
Pada saat Perang Dunia I dimulai ; Tony telah menjadi pria dengan well capitalized company berumur 24 Tahun dan memiliki 24 pesawat yang digunakan sebagai pesawat latih.

Frits menyusul Tony ke Mainz; menjalani pendidikan pilot dan lulus pada 1 November 1912. Frits adalah pembeli pertama dari pesawat buatan Tony dan dalam waktu singkat menjadi populer dikarenakan kenekatannya. Selanjutnya Frits Cramer menjadi kepala di sekolah pilot yang mereka dirikan ; sedang Tony berkonsentrasi sebagai direktur dan desainer pesawat di perusahaan.

Pada tahun 1915 perusahaan mereka diambil alih militer sehubung an dengan Perang Dunia I dan oleh karenanya Frits dan istrinya Dora Van Spengler kembali ke Belanda.

Perang Dunia I

Seiring dengan pecahnya PD I (28 July 1914 - 11 November 1918), produksi pesawat rancangan Tony yang digunakan untuk ber tempur menjadi semakin beragam. Pesawat tempur Fokker E I yang sengaja dirancang untuk kepentingan militer, langsung membuat militer Jerman tertarik ; apalagi tembakan senapan mesin pesawat sudah bisa sinkron dengan putaran baling-baling pesawat (synchronization device).

Tetapi awan gelap menghampiri Tony pada tahun 1916. Pesawat ciptaannya dianggap tidak berkembang dan tidak mampu me nyaingi pesawat tempur lainnya. Inspektion der Fliegertruppen (Idflieg) memerintahkan agar Fokker bekerja sama/merger dengan industri penerbangan Hugo Junker. Tujuan dari peleburan dua raksasa industri pesawat ini adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan pesawat tempur bagi AU Kekaisaran Jerman (Luftstreitkraffe).

Rittmeister Manfred von Richthofen ‘Red Baron’ dengan triplane DR I (Dreidecker I)
Dari peleburan ini lahirlah pesawat triplane DR I (Dreidecker I) yang kemudian diproduksi secara massal pada musim panas 1917. DR I pun menjadi pesawat tempur unggulan dan menjadikan Rittmeister Manfred von Richthofen legenda ‘ace of aces’ dengan prestasi 80 kills yang dikenal dengan ‘Red Baron’.

Sophie ‘Tetta’ Marie Elisabeth von Morgen (12 Augstus 1895, Zehlendorf, Jerman- 13 June 1970 Oberstdorf, Jerman)
Pada 25 Maret 1919, Tony resmi menikah dengan Sophie ‘Tetta’ Marie Elisabeth von Morgen (12 Augstus 1895, Zehlendorf, Jerman- 13 June 1970 Oberstdorf, Jerman) anak dari Generalmajor Kurt von Morgen (1 November 1858, Neiße, Jerman - 15 Februari 1928 Lübeck, Jerman) seorang ningrat militer Kekaisaran Jerman yang terkenal saat kolonisasi Kamerun, Afrika. Tony, jatuh cinta melihat kemampuan dan ketrampilan Tetta mengendalikan motorboat. Pada suatu ketika Tetta mengalami kecelakaan saat memacu motorboatnya; dimana momentum tersebut menjadi awal perkenalan mereka.

Tetta, Herman dan Anthony Fokker saat resepsi pernikahan

Akta nikah Tony dimana sahabatnya Frits Cremer menjadi saksi pernikahan.
Perkawinan mereka dilaksanakan di Balaikota Haarlem, sedangkan resepsi perkawinan berlangsung secara ekslusif dengan tamu terbatas dikediaman keluarga Herman di Kleine Houtweg. Sebagai tanda bukti persahabatan yang erat ; Frits Cremer menjadi saksi pernikahan dan ikut menanda tangani akte pernikahan Tony – Tetta. Selain daripada itu, Tony mempercayakan Frits Cremer menjadi best man dan pengelola pesta perkawinannya.

Pada waktu bersamaan sebenarnya Tony sedang berusaha keras memindahkan fasilitas pabriknya dari Jerman ke Belanda sebagai akibat kekalahan Jerman di PD I. Mengacu kepada Treaty of Versailles, Jerman dilarang memproduksi persenjataan atau alat yang merupakan bagian dari persenjataan.

Sementara, Belanda membutuhkan pesawat terbang untuk kebutuhan militernya yang sesuai kontrak akan dipenuhi oleh Nederlandsche Automobiel en Vliegtuigenfabriek “Trompenburg” di Amsterdam ; tetapi karena perang belum bisa diselesaikan.

Keberadaan Tony di Belanda dimanfaatkan oleh Henri Wijnmalen, Direktur Trompenburg untuk melanjutkan pembicaraan dan lobby yang telah dirintisnya. Pada 22 Februari 1919 akhirnya mereka menyepakati kontrak pengadaan 98 unit Fokker D.VII, 118 unit Fokker C.I dan memasok mesin BMW untuk kebutuhan angkatan bersenjata Belanda dengan nilai kontrak 6.406.000 DM.



Pemindahan pabrik dari Jerman ke Belanda akhirnya dapat terjadi memanfaatkan pengaruh Frits Cremer. Pemindahan bahan produksi dan alat pendukungnya dilakukan melalui moda tranportasi kereta api ; dimana JT Cremer (ayah Frits) memiliki perusahaan kereta api dan memiliki dok di pelabuhan. Akhirnya tanggal 18 Maret 1911 rangkaian 40 gerbong berisikan spare parts sampai di Amsterdam Petroleum Docks. Dilanjutkan tanggal 17 Mei dengan muatan spare parts dan 2 pesawat Fokker C.I, tanggal 10 Juni dengan muatan spare parts dan 29 pesawat Fokker C.I, tanggal 19 Juni dengan muatan spare parts dan 11 mesin pesawat Fokker C.I.

1920 Pabrik Fokker di Schipol
Menurut perhitungan Tony ; dari spare parts, bahan setengah jadi dan mesin yang berhasil dipindahkan dari Schwerin ke Schiphol dapat dibuat 220 pesawat; 120 Fokker D.VII, 60 Fokker C.I, beberapa Fokker D.VII dan jenis lainnya.

Situasi tersebut diprotes oleh Inggris sebagai pemenang PD I. Pada 11 April 1919, kabinet Belanda mengadakan sidang berkaitan dengan issue adanya peralatan perang Belanda yang dibeli dari Jerman dan melanggar Treaty of Versailles ; dari hasil pembahasan sidang yang disampaikan sebagai tanggapan kepada Robert Graham Dutabesar Inggris di Belanda dinyatakan bahwa kontrak antara Fokker dan Henri Wijnmalen adalah bersifat perniagaan antara perusahaan, sehingga pemerintah tidak berhak untuk campur tangan (JT Cremers do magic).

Kinerja pesawat Tony di PD I menarik perhatian militer Amerika, dan saat berkunjung ke Belanda menyampaikan undangan pembicaraan lanjutan di Amerika. Undangan tersebut dan pandangan Tony akan prospek penerbangan gobal akan berpusat di Amerika membuatnya berniat melakukan perjalanan ke Amerika.

10 November 1920, dari Rotterdam Tony dan rombongan bergerak menuju New York,Amerika. Rombongan terdiri dari Tony beserta Tetta, Frits and Dora Cremer, serta Robert ‘Bob’ Noorduyn yang akan dijadikan sales agent Fokker di Amerika.

Di Amerika; Tony, Frits dan Bob berkeliling mengunjungi industri aviasi ditemani Mayor Virginius Evans Clark dari U.S. Air Force. Business trip ini cukup berhasil karena selain mendapatkan komitmen dari prospector, mereka juga mendapat pesanan 2 Pesawat Fokker F IV dari U.S. Air Force lengkap dengan persenjataan.

Tony berkesimpulan dari perjalannanya bahwa prospek bisnis di Amerika sangat terbuka, dan untuk itu dia mulai mendaftarkan hak patennya di Amerika agar dapat memulai tahap komersil.

1921 Tony, Bob dan Frits di Gedung Putih.
Pada 8 Januari 1921, Netherlands Aircraft Manufacturing Company sebagai agen NV Nederlandsche Vliegtuigenfabriek didirikan di New York beralamat at 286 Fifth Avenue, suatu kawasan yang pretisius. Frits dan Bob tinggal di New York dengan pembagian tugas Frits membangun hubungan secara bisnis dan politik pada elite pemerintahan dan bisnis, meneruskan apa yang dikerjakan ayahnya saat menjabat Dutabesar Belanda di Amerika (kembali karena alasan kesehatan pada Mei 1920); sedang Bob bertugas mengembangkan idea membentuk Fokker masa depan di Amerika.

Teamwork antara Frits dan Bob berlangsung singkat, dimulai ketidaksepakatan pemilihan lokasi kantor yang membuat keduanya berkantor secara terpisah. Situasi menjadi bertambah buruk karena Tony seolah mengabaikan situasi ini.

Saat melaksanakan business trip sekaligus survey di Amerika, sebenarnya mereka telah membuat kesimpulan sementara bahwa lokasi Fokker America akan berada di Midwest tepatnya di Kota Milwaukee. Untuk hal tersebut, Frits Cramer membuka kontak dengan kalangan bisnis di Midwest terutama dari Kota Chicago dan Milwaukee. (Sebagai catatan sampai dengan saat ini, Boeing International,produsen pesawat No 1 dunia bermarkas di Chicago).

Kelompok pertama yang menunjukkan minatnya adalah dari Hudson Motor Company di Michigan suatu pabrik mobil yang cukup berhasil dimasanya. Selain Hudson, prospector lainnya adalah Pennsylvania Railroad (tahun 1926, mengoperasikan 18,733.83 Km rel kereta api), perusahaan kereta api terbesar di Amerika yang menyatakan ketertarikannya dan siap bekerja sama untuk mendapatkan kontrak pos udara dari pemerintah Amerika yang diincar Tony.

Sepertinya Tony sudah membuat keputusan untuk menetap dan memindahkan markas internasionalnya ke Milwaukee kota di tepi Danau Michigan, di mana banyak penduduknya adalah keturunan Jerman. Mereka merencanakan pendirian perusahaan baru bernama American Airway Transport Company, di mana Frits telah berhasil mengumpulkan modalawal sebesar $100.000.

Perusahaan baru itu akan memulai dengan melakukan riset pasar dunia dari Milwaukee. Apabila hasil survey positif maka Frits akan mengumpulkan modal sebesar $ 2.000.000. untuk pembangunan dan pengoperasian bandara dan pesawat terbang di Amerika Serikat, sedangkan pesawatnya akan diproduksi oleh American Fokker Manufacturing Company. Tony sendiri telah menjanjikan posisi top management bagi Frits apabila rencana terealisir.

Sayangnya rencana yang diinisasi Frits gagal, setelah sekian lama mengambangkan posisi tidak kondusif antara Frits dan Bob akhirnya Tony lebih memilih proposal Bob.


Menyimpang dari keputusan saat survey bersama, yaitu perusahaan baru berlokasi di Midwest ; perusaahan baru didirikan di New York mengakuisisi suatu perusahaan kecil bernama Gallaudet Aircraft Corporation dimana Guggenheimer menjadi pesahamnya. Kemampuan approach dan lobby Bob dan Guggenheimer sepertinya lebih menarik bagi Tony sehingga perencanaan yang telah dibuat sebelumnya bersama Frits dikesampingkan. Charles Solomon Guggenheimer (1877–1953) adalah seorang pengacara di New York, selain sebagai pengacara keluarga Guggenheimer juga merupakan investor besar setaraf Arthur Goldman and Samuel Sachs.

Keputusan Tony tanpa berunding dan mengenyampingkan usahanya sangat mengecewakan Frits. Frits sangat murka, dan persahabatan mereka berakhir sampai disana.

-----------------------------------------------

Catatan :

Sepertinya Tony memang membutuhkan teman yang dapat menekan bad attitude sekaligus untuk menjadi bumper dirinya.


Eksistensinya di Amerika sangat singkat, dimulai dari pembentukan Atlantic Aircraft Mfg hingga menjadi General Aviation Mfg hanya berkisar 4 tahun (1924-1929). Demikian juga dengan posisinya di perusahaan, dari posisi CEO turun ke COO dan akhirnya menjadi hanya tenaga ahli non ekesekutif di perusahaan yang dibentuknya. Sementara lonjakan teknologi penerbangan yang diimplemen tasikan perusahaan akhirnya didevelop oleh pihak lain.

JT Cremer sangat disegani kalangan Deli Planters.


Sebagai penghormatan didirikan sebuah patung seharga 12.000 Gulden karya Profesor Delft Arend W.M. yang diresmikan 27 Januari 1928 di depan kantor DPV yang saat ini menjadi Rumkit Putri Hijau Kesdam II Bukit Barisan.


Karena alih fungsi menjadi Kantor Kenpeitai (1942) saat pendudukan Jepang, patung ini dipindahkan ke Kantor Deli Maatschappij yang saat ini menjadi kediaman Bapak H Anif, tokoh masyarakat Sumatera Utara.

************************************