Buku ini merupakan karya dari seorang planters
dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di dunia perkebunan. Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. memulai
karirnya didunia perkebunan berawal sebagai staf internal auditor di perbunan besar
swasta dan mengakhirinya di puncak tertinggi sebagai Direktur Utama serta saat ini masih menjabat
Komisaris Utama perusahaan perkebunan BUMN.
Banyak buku yang ditulis oleh planters tetapi buku ini adalah buku yang rasanya wajar apabila dijadikan buku wajib
bagi praktisi maupun peminat manajemen
perkebunan, terutama bagi pemula tanpa pengecualian, baik itu
pekebun mandiri, pekebun yang berkarir di perkebunan besar swasta maupun
perkebunan besar milik negara.
Buku yang diberi judul "Manajemen Perubahan” dengan sub judul membalik arah menuju usaha perkebunan yang tangguh melalui strategi optimalisasi efisiensi mampu memotret apa yang telah, sedang
dan akan terjadi dalam perspektif perkebunan. Sebagai seorang expert yang
berlatar belakang sebagai pengajar di universitas, maka tata cara menulis yang
telah dikuasai berpadu dengan alur pikir yang mampu disampaikan secara
sederhana dan tidak rumit sehingga buku ini mudah dicerna bagi pembacanya.
“Bang Akmal tak segan belajar meskipun tidak
mudah membuatnya percaya, apa lagi berbeda pendapat dengannya” , adalah
penilaian tulus dari seorang Prof (Em).Dr.Ir.H. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc.
guru besar dan rektor IPB 2003-2007 yang memberikan gambaran lugas dari
seorang Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. dan kesan itu pulalah yang akan kita dapatkan ketika kita membaca buku ini.
Buku ini disusun secara urut mulai dari Bab I
sampai dengan Bab V ; dimulai dengan penggambaran situasi secara umum usaha
perkebunan nasional sampai dengan implementasi dalam penerapan manajemen perubahan lengkap dengan langkah langkah program
pembaruan pada organisasi.
Sistematika dan nomenklatur yang disajikan
penulis, dengan editor Nina Kenyar ini membuat pembacanya dapat menekuni isi
buku secara runut ataupun langsung kepada Bab yang dibutuhkan. Ilustrasi berupa
tabel dan gambar memberikan tambahan informasi yang sangat dibutuhkan untuk lebih dapat mengerti isi buku ini.
Bab I Gambaran Umum Usaha Perkebunan Nasional
adalah gambaran umum yang memberikan
gambaran posisi dan kondisi usaha perkebunan di Indonesia. Di awal Bab ini,
penulis mengkritisi kondisi pengelolaan perkebunan nasional ; “Pada saat
menghadapi penurunan harga jual, perusahaan perkebunan cenderung melakukan
pemotongan biaya eksploitasi dengan mengabaikan norma teknis guna
mempertahankan eksistensinya, sehingga makin memperburuk potensi sumber daya
modal dan akhirnya mengancam kelangsungan usaha. Usaha perkebunan nasional masih
dikelola secara konvensional melalui pendekatan yang sepotong sepotong,
eksploitasi diarahkan pada kinerja jangka pendek, tidak fokus pada peningkatan
produktifitas” (Drs.H.Akmaluddin
Hasibuan, M.Sc. ,Manajemen Perubahan, Hal 2).
Paragraf ini penting ; “norma “ menjadi kata kunci dari
buku ini. Mulai dari Bab I dan selanjutnya penulis menguraikan tentang norma
sebagai standar dasar yang bersifat dinamis dan tidak statis; bergerak sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi realita
dari keadaan yang ada.
Pada Bab ini juga penulis “mengenalkan”
permasalahan yang dihadapi industri perkebunan di Indonesia. “Rendahnya
produktifitas budidaya tanaman perkebunan rakyat yang memiliki ± 73 % dari
total luas tanaman menghasilkan perkebunan menyebabkan produktifitas budidaya
tanaman perkebunan nasional semakin jauh berada dibawah produktifitas yang
seharusnya” (Hal 14)
serta keharusan untuk segera memasuki industri hilir secara terencana dengan
strategi yang jitu , “Disamping itu, sebagian industri hilir nasional memiliki
skala ekonomi usaha yang kecil, terletak dikawasan industri yang jauh dari
sentra produksi perkebunan serta pelabuhan ekspor, sehingga menyebabkan
tingginya biaya investasi maupun eksploitasinya” (Hal 15).
Bab I ini diakhiri penulis dengan “menyadarkan”
para pembacanya tentang siapa dan dimana posisi industri perkebunan saat ini
dan menguraikan hambatan hambatan pada
usaha perkebunan nasional , yaitu : rendahnya produktifitas tanaman, tingginya
biaya produksi serta rendahnya nilai hasil produksi.
Bab Kedua, Memahami Efisiensi Usaha adalah suatu
jelajah yang disampaikan penulis, dimana penulis berusaha untuk membawa
pembacanya untuk masuk lebih dalam ke permasalahan yang dikelola dalam industri perkebunan.
“Efisiensi penggunaan sumber daya menghasilkan keluaran (out put ) tidak jarang
dimaknai secara keliru. Efisiensi sering dimaknai dengan sebagai tindakan
meminimalkan biaya investasi dan eksploitasi untuk memaksimalkan laba, dengan
mengabaikan norma teknis mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber daya,
khususnya pada saat menghadapi penurunan harga jual. Tindakan meminimalkan
biaya investasi yang mengabaikan norma teknis, seperti penundaan investasi
peremajaan tanaman non produktif untuk dieksploitasi dalam memperoleh produksi
dan menghindarkan kerugian nilai buku (sisa nilai perolehan) merupakan tindakan
yang keliru, karena memperlemah kemampuan kemampuan sumber daya tanaman dalam
melanggengkan perolehan produksi secara optimal. Hal ini akan menimbulkan kerugian pada jangka
panjang, disebabkan karena hasil produksi tanaman nonproduktif tidak optimal
dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengeksploitasinya”
(Hal 27).
Pemahaman terhadap efisiensi ini secara lugas
disampaikan disertai dengan contoh dan tabel yang dapat menjelaskan kurangnya
pemahaman akan efisiensi telah mengakibatkan hilangnya potensi perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan ; berbeda dengan yang disampaikan Dermawan Wibisono
dalam bukunya Manajemen Kinerja (2002), dimana laba dipandang sebagai
konsekuensi logis dari produktifitas, kualitas, fleksibilitas dan pengiriman
yang andal. Memahami tujuan usaha semata mata untuk
memaksimalkan laba bagi kepentingan pemegang saham dapat menimbulkan tindakan
tindakan yang melemahkan kesehatan perusahaan berupa menurunnya kemampuan
sumber daya dan kemampuan mengeksploitasi
sumber daya menghasilkan output sehingga menurunkan tingkat efisiensi
usaha pada jangka panjang.
“Efisiensi adalah tingkat kemampuan dari
pemanfaatan sumber daya menghasilkan output, berupa kualitas dan produktifitas
; produktifitas adalah efisiensi dari penggunaan sumber daya untuk menghasilkan
keluaran (output). (Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc. ,Manajemen Perubahan,
Hal 34). Efisiensi untuk mewujudkan ektifitas biaya
(cost effectiveness) ; kekeliruan mengelola efisiensi tidak saja menurunkan
produktifitas dan kualitas, tetapi juga merusak struktur biaya yang melemahkan
daya tahan perusahaan dalam menghadapi efektifitas biaya.
Penulis membuat pemahaman bahwasanya kesalahan
pandangan terhadap efisiensi dapat berakibat kepada justru terjadinya
inefisiensi variable lain (Hal 43).
Drs.H.Akmaluddin Hasibuan, M.Sc saat menjadi pengampu pada KMP 143 di LPP Jogya |
Norma teknis mengoptimalkan efisiensi sumber
daya kerja ; manusia sebagai sumber daya memerlukan
pengelolaan secara terstruktur dan harus tersistem secara baik untuk dapat
berkinerja secara optimal di perusahaan. Penulis mengutip David D Dubois, William
J Rothwell, Deborah Jo King Stern dan Linda K Kemp dalam bukunya Competency
Based Human Resources Management (2004), kompetensi adalah characteristic that
individuals have in use appropriate, consistent ways in order to achieve desired performance, these characteristics
include knowledge, skills, aspect of self image, social motives, traits, though
pattern, mindsets and ways of thinking, feeling and acting. Persyaratan
kompetensi ini diterjemahkan penulis dengangan membuat klasifikasi aktifitas
proses internal dan baku normatehnis pada manajemen prosesnya (Hal
48).
Penerapan norma teknis mengoptimalkan efisiensi pada manajemen proses dan tugas tugas proses pembangunan dan pemanfaatan sumber daya dalam menghasilkan output yang optimal dan berkelanjutan memerlukan dukungan dari para stake holders. Untuk itu perlu dikembangkan budaya kerja dalam menjalin hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dengan stake holders (Hal 56), dan diformulasikan menjadi Budaya Profesional, Budaya Kemitraan, Budaya Global dan Budaya Inovasi. Selain daripada itu Iklim organisasi hanya dapat terbangun melalui penerapan norma teknis dengan mengembangkan elemen kepemimpinan, sistem kerja dan tenaga kerja.
Kekeliruan dalam membangun tiga elemen ini akan menciptakan kegagalan iklim organisasi
guna mengembangkan budaya kerja untuk memperoleh dukungan stake holders dalam
mensukseskan strategi mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber daya
menghasilkan output yang optimal dan berkelanjutan, (Hal 57).
Pada Bab Ketiga Penulis membahas pengelolaan efisiensi. Meningkatnya persaingan sebagai dampak dari
kemajuan teknologi dan liberalisasi perdagangan dunia (APEC, AFTA dan WTO)
menyebabkan proses optimalisasi tidak cukup hanya mengandalkan kualitas,
produktifitas dan efektifitas biaya saja ; tetapi juga harus diarahkan pada
peningkatan kualitas dan pengembangan produk (Hal 65).
Pada Bab keempat penulis berkonsentrasi dalam menjabarkan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pengoptimalan efisiensi ; mengurai lingkungan yang menjadu variabel dan selanjutnya manajemen organisasinya. Bab kelima sebagai Bab terakhir adalah program implementasi dari bab bab terdahulu ; disini diuraikan program program dalam membentuk karakter karyawan yang akan menjadi karakter perusahaan dan selanjutnya membentuk budaya perusahaan. Tinjauan akhir adalah The Winning Formula melahirkan Business Success Model yang menghasilkan Kinerja Excellent.
Sebagai catatan, pada saat menjadi siswa Pak Akmal pada Kursus Manajemen Perkebunan di LPP Jogyakarta saya membayangkan Pak Akmal seperti Robert Mc Namara menyampaikan Eleven Lessons from the Life pada film dokumenter tersebut ; yaitu padat, lugas dan tepat pada sasaran, lebih daripada itu penyampaian juga tidak semata success story tetapi juga hambatan yang dilalui serta keteguhan Pak Akmal dalam menjalankan prinsip seperti yang disampaikan Prof Ansori diawal tulisan ini.
Terima kasih Pak Akmal, buku ini sangat berguna bagi kami sebagai praktisi di perkebunan.
Keterangan ; Foto 1 dan 4 sumber Arnold Marpaung, Bandar Lampung.
Pada Bab keempat penulis berkonsentrasi dalam menjabarkan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pengoptimalan efisiensi ; mengurai lingkungan yang menjadu variabel dan selanjutnya manajemen organisasinya. Bab kelima sebagai Bab terakhir adalah program implementasi dari bab bab terdahulu ; disini diuraikan program program dalam membentuk karakter karyawan yang akan menjadi karakter perusahaan dan selanjutnya membentuk budaya perusahaan. Tinjauan akhir adalah The Winning Formula melahirkan Business Success Model yang menghasilkan Kinerja Excellent.
Sebagai catatan, pada saat menjadi siswa Pak Akmal pada Kursus Manajemen Perkebunan di LPP Jogyakarta saya membayangkan Pak Akmal seperti Robert Mc Namara menyampaikan Eleven Lessons from the Life pada film dokumenter tersebut ; yaitu padat, lugas dan tepat pada sasaran, lebih daripada itu penyampaian juga tidak semata success story tetapi juga hambatan yang dilalui serta keteguhan Pak Akmal dalam menjalankan prinsip seperti yang disampaikan Prof Ansori diawal tulisan ini.
Terima kasih Pak Akmal, buku ini sangat berguna bagi kami sebagai praktisi di perkebunan.
Keterangan ; Foto 1 dan 4 sumber Arnold Marpaung, Bandar Lampung.