Sejarah dan Geliat Otomotif Pantai Timur Sumatra (Sumatra Oostkust)
23-24 September 2023 Sumatera Utara kembali menyelengarakan seri V FIA Asia Pacific Rally Championship dan seri III IMI National Rally Championship 2023 sebagai rangkaian kegiatan untuk mendapatkan credit point dan penilaian FIA sebagai penyelenggara FIA WRC World Cup Series ditahun 2025 seperti tahun 1996 dan 1997. “Kita bersyukur Ketua IMI Pusat telah bertemu dengan Presiden FIA beberapa hari lalu di Bali dan menyatakan di 2025, Indonesia merupakan salah satu rangkaian kejuaraan dunia dari 15 seri yang diperlombakan. Kami berterima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi yang turut mendukung hadirnya kejuaraan dunia di Indonesia”, ujar Ketua Dewan Penasihat IMI Sumut ‘Ijeck’ Musa Rajekshah diacara pembukaan Danau Toba Rally 2023 di The Kaldera Toba Nomadic Escape, Desa Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, Jumat (22/9/2023).
Sumatera Utara memang sejak lama menjadi salahsatu barometer otomotif di tanah air ; geliat positif vibesnya dirasakan sejak zaman Sumatra Oostkust (Pantai Timur Sumatera) di era kolonial.
Timeline sejarah otomotif Indonesia dimulai sejak era Nederlands Indies. Merujuk data diketahui mobil pertama di Nederlands Indies adalah Victoria Phaeton 1894 milik Susuhunan PB X dari Surakarta, suatu mobil combustion engine produk masal pertama buatan Benz.
Dinamika pergerakan otomotif di Nederlands Indies sendiri adalah seirama dengan arus ekonomi saat itu sebagai dampak meningkatnya harga komoditas perkebunan. Penerapaan UU Mac Kinley Tariff Bill tahun 1890 yang menurunkan jumlah ekspor tembakau ke Amerika Serikat, tersubstitusi dengan baiknya harga di Eropa ditambah lagi dengan munculnya komoditas andalan baru yaitu Karet.
Di Sumatera Timur, mengacu pada dokumen KITLV Leiden ; mobil pertama di Deli adalah sebuah Benz type Ideal 1.140 cc buatan tahun 1900 dengan kecepatan maksimum 35 Km/J pada 960 RPM. Pemiliknya adalah Lucky Nieuwenhuizen seorang Administrateur Onderneming Kwala Bingei dari Deli Maatschappij. Pada foto terlampir, dapat lengkapnya moda transportasi penumpang dilingkungan perkebunan saat itu, mulai dari kereta kuda, sepeda, sepeda motor (trike), dan mobil.
Perjalanan yang dimulai dari Medan dan berakhir di air terjun Sipisopiso ditempuh selama 5 hari (28 Peb – 3 Mar 1907) pulang pergi. Cremer khusus mendatangkan dua mobil dengan merk Spyker type 14/18 HP convertible, suatu produk mutakhir saat itu dengan magnet tegangan tinggi dan body untuk empat kursi buatan Nederlands. Dokumentasi perjalanan dalam bentuk artikel lengkap yang diberi judul ‘Per Automobiel naar de Battakvlakte‘ (Dengan Mobil ke Tanah Batak) dipublikasikan JT Cremer di majalah ‘Eigen Haard’ Amsterdam edisi 20 April 1907.
Maraknya kegiatan otomotif menimbulkan kebutuhan akan organisasi. Untuk hal tersebut, para pegiat otomotif di Deli membentuk Deli Automobiel Club (DAC) pada 14 Januari 1909 dengan sekretariat di Kannonenweg No 9 (saat ini Jl. Teuku Daud No. 9). Organisasi dibentuk dengan tujuan mempromosikan wisata otomotif di Pantai Timur Sumatera. (Artikel 4. Van hel doel. De club stelt zich ten doel het automobilisme ter Oostkust van Sumatra te bevorderen).
Suatu visi berumur lebih 100 tahun dan masih sejalan sampai saat ini, vide ; “Kita bersama IMI Sumut tetap komit untuk melaksanakan reli karena Sumut ini sudah jadi ikon reli bagi pereli nasional, juga internasional. Apalagi kita juga akan ambil kawasan Danau Toba sebagai lokasi acara, jadi peserta senang, penonton senang dan semoga ini bisa mendorong pariwisata di Danau Toba,” lanjut ‘Ijeck’ Jumat (22/9/2023).
Pada saat dibentuk pertama kali; DMC diketuai oleh Wilhelm August Paul Schüffner (1867-1949), seorang dokter kelahiran Jerman yang mejabat sebagai dokter kepala di Rumah Sakit milik Senembah Maatschappij di Tandjong Morawa semenjak 1897 (saat ini RS. Dr Gerhard L Tobing PTPN II).
Dibawah kepemimpinan Schüffner, eksistensi DMC sebagai sebuah organisasi sangat terasa. Keberadaan organisasi khususnya dibidang wisata bermobil sangatlah menonjol. Dalam buku panduan tahunan yang diterbitkan terlihat beragam fasilitas yang diberikan kepada anggota. DMC juga aktif menerbitkan peta perjalanan yang relatif lebih lengkap dibanding peta resmi terbitan pemerintah.
Mengingat pada saat itu mobil adalah benda mahal dan mewah ; praktis anggota DMC juga merupakan elite pada masanya. Dari daftar anggota terdapat antara lain Sultan Langkat Tuanku Sultan Mahmud Abdul Jalil, Pangeran Kesultanan Asahan Tengkoe Moesa, Pangeran Kesultanan Asahan / Wali NST Dr. Tengkoe Mansoer, Burgmeester (Walikota) Medan Daniël Baron Mackay, Major Der Chinezen Tjong A Fie ; selain nama tersebut, didaftar keanggotaan juga terdapat nama pejabat pemerintahan dan petinggi perkebunan lingkup residensi Sumatra Oostkust.
Minat masyarakat untuk mempunyai mobil tentunya menimbulkan demands; para pebisnis di Deli merepons secara positif timbulnya keinginan tersebut. Pada awalnya ketersediaan pasar akan mobil dipenuhi melalui jalur importir umum. Tumbuh dan berkembangnya pasar autumotif ini akhirnya mengundang para agen pemegang merk untuk membuka usahanya di Medan.
Dari para agen pemegang merk yang ada di medan, Fuch en Rens menjadi perusahaan yang menarik untuk ditelusuri.
J. W. Rens mendirikan perusahaan yang menyediakan perdagangan dalam bisnis jual beli kuda, kereta kuda, impor tali kekang, pelana, dll (Rijtuigfabriek) di Medan pada 2 Maret 1889. Pertumbuhan ekonomi akibat keberhasilan agroindustri di Sumatra Ooskust menimbulkan kesadaran akan besarnya potensi bisnis otomotif dan memutuskan merger dengan F. J. Fuchs yang sudah lama berbisnis sebagai salah satu suppliernya. Perusahaan merger N.V. Fuchs En Rens diresmikan pada 1 Juli 1917 dengan kantor pusat di Batavia dan kantor cabang pertamanya di Medan berfokus pada penjualan dan after sales service mobil.
-------------------------------------------------------------------