Gedung Bank Mandiri di Jalan Balaikota No. 8-10, Medan, bagi sebagian orang diingat sebagai gedung Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Eksim). Dibangun pada tahun 1928 gedung hasil rancangan arsitek Cornelis van de Linde (1886-1941) dengan konsultan JJJ de Bruyn, resmi digunakan pada tahun 1932 sebagai Kantoor NV Nederlandsche Handel Maatschappij Agentschap Medan.Nederlandsche Handels Maatschappij diinisiasi (juga sebagai pemegang saham terbesar) Raja Willem I sebagai pengganti Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1824. Tujuan lain adalah menghidupkan kembali perekonomian Negeri Belanda yang hancur akibat peperangan dengan Belgia.Di Hindia Belanda, kehadiran NHM sebagai perusahaan pendanaan dan investasi dimulai dengan berdirinya kantor pusat (Factorij) di Batavia pada tahun 1826 dengan kantor agensi di Semarang, Surabaya dan Padang.
Penerapan Cultuurstelsel (sistem tanam paksa) ditahun 1830-1870 yang dipelopori oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch menjadikan NHM sebagai elemen finansial pada program tersebut. NHM berperan ganda ; menyediakan kebutuhan bahan dan barang serta melakukan pembelian produksi Cultuurstelsel dan menjualnya kepasar internasional.
Sistem Cultuurstelsel ini mewajibkan petani menyetor seperlima hasil panen yang telah ditentukan sebelumnya. Bagi NHM sebagai mitra finansial utama, kondisi tersebut menyebabkan fokus bisnisnya lebih besar ke perdagangan komoditas ketimbang finansial. NHM aktif berbisnis komoditas seperti teh, kopi, gula, rempah dan lainnya yang memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan.
NHM Medan.
Pada awalnya para nasabah/customer dari Sumatra Timur dilayani melalui kantor NHM Agentschap Singapore, sehingga para planters maupun pebisnis yang membutuhkan pelayanan perbankan terutama pelayanan fasilitas kredit harus ke Singapore untuk mendapatkannya.
Berkembangnya potensi Sumatra Timur dengan meningkatnya eksploitasi perkebunan secara otomatis meningkatkan volume transaksi dan pekerjaan. Eskalasi peningkatan semakin terasa setelah NHM mengikat perjanjian kontrak bagi hasil dengan perusahaan perkebunan serta bertindak sebagai agen penyedia jasa perekrutan tenaga kerja.
Peningkatan eskalasi tersebut dan pertimbangan efisiensi serta biaya akhirnya membuat NHM Agentschap Singapore membuka kantor pembantu di Medan (Sub Agentschap) dengan menyewa ruangan di Hotel De Boer.
Sejak awal keterlibatannya di Sumatra Timur ; secara alami NHM Medan membentuk karakteristiknya sendiri yaitu perbankan sebagai bisnis utama (banken) dan ; usaha perkebunan (cultuurzaken) sebagai bisnis tersendiri.
Tidak lama beroperasi sebagai Sub Agentschap serta dinamisnya bisnis ditengah bonanza perkebunan berupa peningkatan volume pekerjaan maupun assets menjadi alasan utama peningkatan status menjadi Agentschap. NHM Agentschap Medan diresmikan pada 1 Maret 1888 dengan berkantor di Cremer Weg bersebelahan dengan Kantor Dagang F.Kehding.
Pendapatan utama (hingga awal abad ke 20) NHM adalah transaksi valuta, dan setelahnya barulah pendapatan dari aktifitas sebagai lembaga pembiayaan bisnis perkebunan dengan memenuhi kebutuhan modal kerja. Pemenuhan kebutuhan modal kerja secara praktek dilakukan dengan memenuhi kebutuhan modal kerja yang paralel dengan praktek konsinyasi hasil produksi. Praktek bisnis ini merupakan pengembangan aktifitas baru selain kegiatan konvensional yaitu pemberian pinjaman yang telah dilakukan sejak awal.
Pada tahun 1932 NHM Agentschap Medan memasuki kantor milik sendiri setelah berkiprah di Sumatera Timur selama 43 tahun. Dimulai dengan berkantor di Hotel de Boer, menyewa gedung milik F.Kehding dan akhirnya menempati gedung sendiri.
Proses pembangunan gedung NHM Agentschap Medan memakan waktu yang lama dan proses yang berbelit. Hal tersebut dapat dimengerti, mengingat lokasi yang diinginkan manajemen adalah sebidang tanah yang telah digunakan sebagai gereja.
Setelah melalui proses yang panjang, pada tahun 1921 tanah seluas 1.364 M2 tersebut akhirnya dapat dimiliki dengan harga 95.500 Gulden dan tambahan 72,40 M2 secara tukar guling dengan fihak gemeente . Gedung kantor bertingkat 4 dengan luas bangunan 3.000 M2 milik NHM Agentschap Medan ini dimulai pembangunannya pada tahun 1929. Bangunannya dirancang Cornelis Van de Linde dan selama proses pembangunan diawasi oleh JJJ de Bruyn ini menelan biaya sebesar 1.000.000 Gulden.
NHM Agentschap Medan dibangun bersamaan dengan pembangunan NHM Factorij di Batavia yang juga dirancang oleh Cornelis Van de Linde, sehingga tidak mengherankan jika kedua bangunan mempunyai kemiripan baik eksterior maupun interiornya ; perbedaan cuma terletak pada skala bangunannya saja.
Fungsi penggunan bangunan NHM Agentschap Medan dibagi menjadi 2 ; Divisi Bank (Bank Zaken) yang dimasuki dari pintu samping di Demmeni Weg ; Jl. Raden Saleh sekarang dan Divisi Perkebunan (Cultuurzaken) dari pintu depan di Cremer Weg ; Jl. Balaikota sekarang.
Saat ini bekas ruangan NHM Agentschap Medan Divisi Perbankan (Bank Zaken) masih berfungsi digunakan sebagai Bank Mandiri Medan Balaikota ; demikian juga dengan Divisi Perkebunan (Cultuurzaken) masih ada dan berfungsi sebagai unit pemasaran hasil komoditas perkebunan BUMN dengan nama INACOM.
Time line transformasi dari gedung NHM Agentschap Medan sesuai dengan usianya tentulah mempunyai sejarah yang panjang.
Divisi Cultuurzaken.
Saat terjadinya nasionalisasi perusahaan milik Belanda termasuk perkebunan pada tahun 1959 ; NHM Agentschap Medan Divisi Cultuurzaken langsung merasakan dampaknya. NHM Agentschap Medan Divisi Cultuurzaken dinasionalisasi dan berubah nama menjadi PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Baru dengan tugas pokok menjadi pemasar produk PPN di Sumatera Utara.Hal ini terus berlangsung sampai pada 1968 saat dibentuknya Kantor Pemasaran Bersama Nusantara (KPB) di Surabaya, Jakarta dan Medan. Pada saat yang sama terbentuk juga Kantor Administrasi Hasil (KHA) Gula di Jakarta.
Pada tanggal 26 Februari 1990, berdasarkan keputusan Direksi PNP/PTP I-XXIX maka KPB Surabaya, KPB Medan serta kantor Administrasi Hasil Gula dan Asosiasi Pemasaran Bersama Perkebunan (APBN) dilebur menjadi KPB PTP dengan pusat di Jakarta.
Pembentukan KPB ini mengakhiri mekanisme sejak masa NHM ; dengan penetapan managing director sebagai pengelola dan Dewan Badan Musyawarah Direksi (BMD) PNP/PTP I-IX sebagai pengambil keputusan tertinggi antara lain untuk penetapan harga dan alokasi penjualan hasil produksi PNP/PTP.
Sejalan dengan restrukturisasi PTP menjadi PTPN pada 1996 ; maka pada tahun 2009, KPB bertransformasi menjadi perusahaan perseroan dengan nama PT KPB Nusantara sebagai anak usaha dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN I-XIV) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI).
Pada tahun 2019, KPBN melakukan rebranding menjadi INACOM dan masih berlangsung sampai saat ini.
Divisi Bank.
Pada tanggal 30 November 1960, NHM dinasionalisasi berdasarkan pada PP no. 44/1960 dan PERPU No. 41 tahun 1960 menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).
Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) 3 No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Tahun 1965 Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit I bidang Rural/ekonomi masyarakat pedesaan, sedangkan eks NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).Berdasarkan Undang Undang No. 14 tahun 1967 dan Undang Undang No. 13 tahun 1968, pemerintah mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Bank Negara Indonesia Unit I Bidang Rural (eks BKTN) berubah menjadi Bank Rakyat Indonesia sedangkan Bank Negara Indonesia Unit II (Eks NHM) Bidang Ekspor Impor menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah Indonesia, yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, serta Bank Pembangunan Indonesia digabung menjadi Bank Mandiri sampai hari ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------