Listrik sebagai kebutuhan primer adalah sudah
menjadi bagian dari kebudayaan serta peradaban manusia modern, yang mana keberadaanya harus
tetap dijaga ; dan karena
strategisnya pengamat ekonomi CSIS Hadi Soesastro mengatakan, stabilitas energi hampir sama dengan
stabilitas pangan (Manajemen Pembangunan LAN RI, 1997).
Kegiatan pembangunan di
Indonesia yang mengarah kepada industrialisasi, menjadikan energi sebagai isu
utama yang penting dalam kerangka menunjang model pembangunan . Krisis energi,
terutama listrik, yang pernah terjadi menjelang akhir abad ke 20 mengisyaratkan
bahwa suplai energi listrik tidak dapat mengimbangi tingginya laju permintaan.
Pertumbuhan konsumsi energi listrik sebesar 15% per tahun cukup
menakjubkan di mana hal ini juga setara dengan tingkat pertumbuhan energi total
secara umum, yang mencapai di atas 8% per tahun pada kurun 1965-1980 – adalah
sangat jauh di atas tingkat pertumbuhan energi negara industri sebesar
rata-rata 3% per tahun.
Ketergantungan akan keberadaan
energy dan kesadaran akan nilai ekonomis dan strategisnya, mulai disadari manusia
sejak dilakukannya embargo minyak bumi
oleh negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa
Barat tahun 1973 sebagai bentuk
solidaritas atas perang Mesir - Israel .
Secara umum energy dapat dibagi dalam dua golongan besar, Energi
Primer adalah energi yang langsung diperoleh
dari alam sedang Energi
Sekunder adalah energi dalam olahan energi primer melalui
proses teknologi ;
mis, listrik).
Energy juga dapat
dikelompokkan sebagai Energi Komersial
(misalnya, minyak bumi, listrik, gas bumi, batubara, dsb) dan Energi
Non Komersial (seperti kayu,
arang, sampah).
MENCARI ENERGI ALTERNATIF
Dari
uraian diatas , dapatlah disimpulkan bahwasanya nilai strategis
energi listrik adalah dependen ;
sehingga mensikapi kecenderungan trend kenaikan harga BBM Fosil sebagai sumber
utama pembangkit listrik di tanah air harus disikapi dengan mencari
sumber-sumber yang lebih mudah dan murah.
Ada beberapa
sumber alternatif misalnya energi air, gas, nuklir, energi panasbumi,
energi surya.
Didalam tulisan ini kami mencoba mengupas energy
alternative yang menggunakan energy air dan energi bersumber biogas, yaitu
kotoran hewan yang diubah menjadi gas bio.
1. PLTMH - Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Sebagai
daerah yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi Propinsi Riau mempunyai kebutuhan energi yang tinggi pula.
Topografi daerah yang sebagian besar berada di dataran rendah dan mempunyai
banyak sungai (S. Siak, S. Indragiri, S.Rokan, S. Kampar), serta banyaknya
daerah yang masih jauh dari jangkauan jaringan listrik PLN merupakan kendala
dan hambatan didalam hal penumbuhan sentra-sentra produksi dan Usaha Kecil Menengah.
Tetapi kendala tersebut sebenarnya masih dapat disikapi dengan
penggunaan teknologi yang tepat ; yaitu
PLTMH - Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.
Sifat dasar
PLTMH adalah asal ada air yang mengalir dan beda ketinggian, maka listrik
dapat dibangkitkan. Dua syarat itulah kunci pembangkitan listik PLTMH
yang sangat cocok diterapkan di berbagai pelosok, karena hampir sepanjang tahun
ketersediaan air melimpah dan mempunyai keunggulan antara lain :
a) Potensi energi air yang melimpah ;
b) Teknologi yang handal dan kokoh sehingga mampu beroperasi lebih dari 15 tahun;
c) Teknologi PLTMH merupakan teknologi ramah lingkungan dan terbarukan;
d) Effisiensi tinggi (70 - 85 persen).
a) Potensi energi air yang melimpah ;
b) Teknologi yang handal dan kokoh sehingga mampu beroperasi lebih dari 15 tahun;
c) Teknologi PLTMH merupakan teknologi ramah lingkungan dan terbarukan;
d) Effisiensi tinggi (70 - 85 persen).
Banyak orang beranggapan bahwa untuk
membangkitkan listrik harus ada air terjun, padahal tidak selamanya demikian.
Beda ketinggian dapat dibuat dengan membuat intake (kolam penampung) dari
sungai dan mengalirkannya kembali pada posisi yang tepat sehingga optimal. Lagipula tidak hanya air sungai, danau,
bendungan atau sumber mata air lainnya yang dapat dipergunakan untuk
membangkitkan listrik, air PAM sekalipun bisa ; intinya ada air dan beda
ketinggian, tinggal teknologi turbin seperti apa yang efisien untuk dipakai. Kapasitas sebuah PLTMH dapat dihitung dengan
rumus sbb :
Ilustrasi sederhana dari PLTMH adalah sebagai berikut :
Ilustrasi sederhana dari PLTMH adalah sebagai berikut :
Dari ilustrasi dan diagram diatas, dapat kita lihat bahwasanya
pembuatan dan instalasi satu unit PLTMH adalah suatu hal yang sederhana untuk dilaksanakan.
Selain daripada itu potensi tenaga air yang tersebar hampir di seluruh Indonesia dan diperkirakan mencapai
75.000 MW, sedangkan pemanfaatanya baru sekitar 2,5 persen dari
potensi yang ada.
Turbin air sebagai alat pengubah energi potensial air menjadi energi
torsi / putar yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak generator, pompa dan
peralatan lain. Untuk daerah / lokasi yang mempunyai sumber energi air
sangatlah menguntungkan apabila memanfaatkan teknologi turbin air.
2. Biogas
Energi terbarukan lain yang dapat
dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai
untuk daerah pedesaan adalah energi biogas yaitu energi yang dihasilkam dari proses
limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara (digester). Biomassa berupa
limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan
seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya.
Teknologi biogas
Pembentukan gas methan adalah proses
fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga
bakteri anaerobik. Bakteri biogas mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung
bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas.
Sebetulnya di tempat-tempat
tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas
yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan adalah sama dengan gas elpiji
(liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu
atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.
Pembentukan
gas methan hasil proses biomass dan penggunannya dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Dengan teknologi tertentu, gas
methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi
listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana,
gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan
kompor gas sebagaimana halnya elpiji.
Alat pembangkit biogas
Ada dua tipe alat pembangkit biogas
atau digester, yaitu tipe terapung
(floating type) dan tipe kubah
tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang
terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi
terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester.
Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk
membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan
di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di
India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan
pembangunan sampai 400.000 unit alat ini.
Tipe kubah adalah berupa digester
yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata,
pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur
seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga
disebut juga tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak
tujuh juta unit alat ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi
untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga listrik.
Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10
meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok.
India dan China adalah dua negara
yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama
sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas.
Di dalam digester bakteri-bakteri
methan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan
pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang
terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar
terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman,
seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu
lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran
tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah
diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah
dicerna oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau
lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah
matang sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk
memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat
dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung.
Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit
(digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali
berdiri, alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas selama
bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi
petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di
samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai
pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi
yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1
meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas
cocok dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama
di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, Bali, dan lain-lain.
Pembangkit biogas juga cocok
dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam dengan mendesain
pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat dirancang
untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju
banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan
mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu
menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan
meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang
bermutu.
Untuk menuai hasil yang signifikan,
memang diperlukan gerakan secara massal, terarah, dan terencana meliputi
pengembangan teknologi, penyuluhan, dan pendampingan. Dalam jangka panjang,
gerakan pengembangan biogas dapat membantu penghematan sumber daya minyak bumi
dan sumber daya kehutanan. Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap
sebagian subsidi BBM dialihkan untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas.
Melalui jalan ini, mungkin imbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk
bersama-sama memecahkan masalah energi sebagian dapat direalisasikan.