Belakangan ini masalah Freemason kembali menghangat
diperbincangkan di media masa baik yang resmi maupun di jejaring social dan beragam
analisa maupun pandangan dilakukan terhadap freemason ini.
Sejarah freemason sendiri merupakan sejarah yang panjang, dan yang umum disajikan adalah bermula pada masa Ordo Knight of Templar yaitu saat perang Salib di Yerusalem, Palestina. Saat Paus Urbanus II pada tahun 1095, usai Konsili Clermont menyerukan Perang Suci atau Crusade dan memobilisasi kaum Kristiani di seluruh Eropa untuk turut berperang merebut Yerusalem kembali dari kekuasaan Muslim. Paus Urbanus II membakar emosi massa dengan cara mengatakan umat Kristen di Palestina telah dibunuh, dibantai dan dibakar di dalam gereja-gereja oleh pasukan Turki Seljuk yang. Ia juga membakar kemarahan kaum Kristiani dengan mengatakan bahwa kaum Muslim telah dan sedang menguasai makam Yesus Kristus.
Tahun 1717, para kesatria kuil melakukan kemunculan
mereka lagi di Eropa. Mereka telah berkembang dalam jumlah dan kekuatan, dan
mereka telah siap menggunakan identitas baru, bebas dari reputasi masa lalu
mereka dan diberikan kredibilitas oleh para raja dan bangsawan Inggris. Dan
nama yang mereka pilih, adalah nama yang banyak diketahui oleh orang, tapi
hanya dimengerti oleh sedikit orang dengan nama "The Freemason"
Theosofi adalah bagian dari jaringan Freemason yang bergerak dalam
kebatinan. Aktivis Theosofi pada masa lalu, juga adalah aktivis Freemason.
Cita-cita Theosofi sejalan dengan Freemason. Apa misi Freemason ? Dalam buku
Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962,
karya Dr Th Steven dijelaskan misi organisasi yang memiliki simbol Bintang
David ini: ”Setiap insan Mason Bebas mengemban tugas, di mana pun dia berada
dan bekerja,untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus
pemisah antar manusia.”
Paham yang dikembangkan Freemason adalah humanisme sekular.
Semboyannya: Liberty, Egality, Fraternity.
Sejak awal abad ke-18, Freemasonry telah merambah ke berbagai
dunia. Di AS, misalnya, sejak didirikan pada 1733, Freemason segera menyebar
luas ke negara itu, sehingga orang-orang seperti George Washington, Thomas
Jefferson, John Hancock, Benjamin Franklin menjadi anggotanya.
The signing of the declaration of independece 1776 |
Di Indonesia
Banyak
literatur yang memadai untuk rujukan gerakan salah satu kelompok Yahudi di
wilayah jajahan yang dulu bernama Hindia Belanda ini, di antaranya buku
berjudul Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764-
1962 (Freemason dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764- 1962)
ditulis oleh Dr Th Stevens, seorang peneliti yang juga anggota Freemason.
Berbeda dengan buku-buku tentang Freemason di Hindia Belanda sebelumnya, buku
karangan Dr Th Stevens ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada
tahun 2004.
Selain karya
Stevens dan H Maarschalk yang diterbitkan di negeri Belanda, buku-buku lainnya
seperti tersebut di atas, diterbitkan di Semarang dan Surabaya, dua wilayah
yang pada masa lalu menjadi basis gerakan Freemason di Hindia Belanda, selain
Batavia. Keberadaan jaringan Freemason di Indonesia seperti ditulis dalam buku
Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 adalah 150 tahun atau 199
tahun, dihitung sejak masuknya pertama kali jaringan Freemason di Batavia pada
tahun 1762 sampai dibubarkan pemerintah Soekarno pada tahun 1961.
Selama kurun
tersebut Freemason telah memberikan pengaruh yang kuat di negeri ini. Buku
Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 misalnya, memuat secara
lengkap operasional, para tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loge-loge yang
berada langsung di bawah pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700
halaman yang ditulis oleh Tim Komite Sejarah Freemason ini adalah bukti tak
terbantahkan tentang keberadaan jaringan mereka di seluruh Nusantara.
Keterlibatan
elite-elite pribumi, di antaranya para tokoh Boedi Oetomo dan elite keraton di
Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, terekam dalam buku kenang-kenangan ini.
Radjiman Wediodiningrat, orang yang pernah menjabat sebagai pimpinan Boedi
Oetomo, adalah satu-satunya tokoh pribumi yang artikelnya dimuat dalam buku
kenang-kenangan yang menjadi pegangan anggota Freemason di seluruh Hindia
Belanda ini.
Kedekatan
Boedi Oetomo pada masa-masa awal dengan gerakan Freemason bisa dilihat setahun
setelah berdirinya organisasi tersebut. Adalah Dirk van Hinloopen Labberton,
pada 16 Januari 1909 mengadakan pidato umum (openbare) di Loge de Sterinhet
Oosten (Loji Bin - tang Timur) Batavia. Dalam pertemuan di loge tersebut,
Labberton memberikan ceramah berjudul, ”Theosofische in Verband met Boedi
Oetomo” (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo).
Theosofi
adalah bagian dari jaringan Freemason yang bergerak dalam kebatinan. Aktivis
Theosofi pada masa lalu, juga adalah aktivis Freemason. Cita-cita Theosofi
sejalan dengan Freemason.
Apa misi Freemason ? Dalam buku Tarekat Mason Bebas
dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, karya Dr Th Steven
dijelaskan misi organisasi yang memiliki simbol Bintang David ini: ”Setiap
insan Mason Bebas mengemban tugas, di mana pun dia berada dan bekerja,untuk
memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar
manusia.”
Jadi, misi Freemason adalah “menghapus pemisah antarmanusia ! ”. Salah satu yang dianggap sebagai pemisah antar manusia adalah "agama". Maka, jangan heran, jika banyak manusia berteriak lantang: ”semua agama adalah sama”. Atau, ”semua agama adalah benar, karena merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju Tuhan yang satu.” Paham yang dikembangkan Freemason adalah humanisme sekular.
Di Perkebunan.
Vrijmetselaarsloge Deli aan de Serdangweg te Medan Circa 1918 |
Banyak bukti-bukti
menyangkut kehadiran freemason di perkebunan. Hal tersebut dapat diterima
secara secara logis mengingat pada zaman pra kemerdekaan, para petinggi
perkebunan umumnya berasal dari Eropa.
Dr TH
Stevens, Tarekat Mason Bebas dan
masyarakat di hindia belanda dan
Indonesia 1764-1962, Hal 250.
Pada tabel disebelah kiri dapat dilihat prosentase tertinggi adalah pada profesi
perkebunan yaitu sebesar 13,8 %.
Khusus untuk di kota Medan, Loge “Deli”(rumah pertemuan dan tempat para Vrijmetselaar melaksanakan ritualnya) diresmikan pada 20 Oktober 1888.
Perekrutan anggotanya dilakukan secara inkonvensional yaitu dengan membuka iklan di “Deli Courant”. Pada awalnya gedung yang digunakan menyewa kepada Lim Tek Swie dan pada tahun 1892 Loge berdiri sendiri sendiri dijalan Serdang Weg (saat ini Jl. Muhammad Yamin) tepat disebelah Kantor Deli Spoorweg Maatschappij.
Lokasi yang tepat bersebelahan dengan kantor pusat DSM sendiri sangat menarik perhatian, karena area tersebut adalah merupakan bagian dari konsesi Deli Maatchappij, sehingga Loge “Deli” dikelilingi Kantor Pusat “Deli Maatschappij”, “Deli Spoorweg Maatschappij” dan kantor “Post Telephone Telegraph” yang notabene dimiliki oleh Deli Maatschappij.
Vrijmastelrij Loge "Deli" Medan 1918 |
Loge Vrijmetselarij/Freemason ditutup pada tahun 1961 melalui Lembaran Negara nomor 18/1961 yang dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962.
Presiden Abdurrahman
Wahid mencabut Keppres
nomor 264/1962 tersebut dengan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun
2000 tanggal 23 Mei 2000 ; tetapi sampai dengan saat ini Loge “Deli” yang
setelah ditutup pernah digunakan sebagai laboratorium fakultas kedokteran USU dan
saat ini sebagai kantor Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Medan di Jalan HM Yamin No 40 Medan belum kembali beraktifitas
sebagai Loge.
Selain dari buku Dr TH Stevens, "Tarekat Mason Bebas Dan Masyarakat Di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962" sangat sedikit sumber yang diperdapat untuk mendapatkan informasi tentang aktifitas Vrijmetselaars di Medan ini.
Keterangan : email dari cucu seorang ex deli planters dari kebun Sei Krio yang menjadi anggota Loge Deli, email tersebut dapat menjadi salah satu bukti eksistensi Vrijmetselaars di perkebunan pada masanya.