Saat melintasi kawasan Kesawan mengarah ke Kantor Pos, maka sebelum sampai di perempatan Lonsum kita akan melihat sebuah gedung tua bergaya Romawi disebelah kanan jalan.
Gedung itu dulunya merupakan salah satu bangunan ikonik di Kesawan yang berfungsi sebagai toko serba ada yang dikenal dengan nama “ Toko Seng Hap” milik Tan Tang Ho. Peresmiannya pada Minggu 25 Maret 1900 dihadiri berbagai kalangan di Sumatera Timur dan dimeriahkan penampilan orchestra dari Philipina. Bangunan seluas 7.680 kaki persegi ini dioperasikan lebih dari 50 orang karyawan dan sudah difasilitasi tenaga listrik untuk penerangannya
NV Handelmij Seng Hap, didirikan pada 1881 dengan modal sebesar NLG 200.000 yang terdiri dari 200 saham bernilai NLG 1.000 /lembar. Seng Hap berkantor pusat di Medan dengan cabang di Pangkalan Brandan (1904), Binjai (1906) dan Tanjung Balai (1906). Logo Seng Hap adalah burung yang dalam bahasa Mandarin berarti ‘sukses dan damai bersama’.
Tan Tang Ho lahir pada 1860 di Batavia, memulai usahanya di Medan saat berumur 14 tahun sebagai pedagang kelontong keliling dan merupakan salah seorang pemukim Tionghoa paling awal di Medan. Tan Tang Ho tidak bisa berbahasa Belanda dan berpendidikan rendah tetapi tidak buta huruf.
Pada awalnya, setelah tiba di Medan, dia sangat hemat sehingga terkadang tidak membeli beras, hanya untuk menyimpan uang hasil jerih payahnya. Dia menerima bantuan dari seorang Belanda yang bekerja untuk Deli Spoorweg Maatschappij yang secara teratur membeli barang-barang kecil darinya. Pada tahun 1881 ia memulai perusahaan Seng Hap yang akhirnya menjadi toko paling mewah di kota. Toko Seng Hap departemen store dibangun dalam waktu 9 tahun baru untuk Seng Hap dengan gaya arsitektur Madeleine Parisiene dan selesai pada tahun 1900.
Barang yang dijual meliputi berbagai produk yang diimpor langsung dari Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Afrika Selatan, dan Australia. Awalnya Seng Hap mengkhususkan diri dalam produk makanan, susu produk, daging dan ikan. Selain itu produk non makanan juga ditawarkan dalam jumlah besar seperti peralatan rumah tangga, brankas, koper perjalanan, termasuk Sepeda Fongers dari Belanda.
Perhiasan serta jam tangan emas dan perak juga tersedia untuk dijual, selain senjata maupun cerutu dan rokok. Untuk menginformasikan dan memperkenalkan produknya, Seng Hap rajin beriklan di surat kabar dan papan luar ruang untuk menghadapi persaingan.
Selain mendapatkan penghasilannya dari perusahaan perdagangan dan ritelnya yang sukses, Tan Tang Ho juga mendapatkan penghasilan dari kontrak pengadaan garam di Bagan Si Api Api bersama Tjong A Fie pada 1897.
Pada tanggal 18 Oktober 1918 Tan Tang Ho meninggal, pemakamannya dilakukan pada 27 Oktober. Putranya Tan Boen An, Tan Boen Hok dan Tan Boen Djin serta menantunya, Jong King Weng, mengambil alih pengelolaan perusahaan dengan Tan Boen An menjabat sebagai direktur.
Tan Boen Djin
Tan Boen Djin, lahir di Medan tahun 1914 merupakan anak bungsu Tan Tang Ho, pemilik Seng Hap.
Saat Tan Tang Ho meninggal pada tahun 1918, putra sulungnya Tan Boen An menjadi warga negara Tiongkok pertama yang terpilih secara demokratis sebagai anggota Dewan Kota (setara dengan posisi DPRD saat ini), yang berlanjut selama hampir 20 tahun.
Meninggalnya Tan Tang Ho menjadikan Tan Boen An mengambil alih tanggung jawab keluarga termasuk untuk adik bungsunya Tan Boen Djin. Tan Boen An memilihkan sekolah Belanda untuk Tan Boen Djin, dan indekost dirumah Guru Kepala Klevant agar dapat menyerap disiplin dan tatacara kehidupan barat. Tan Boen Djin muda hidup di keluarga Klevant bersama putra-putra Sultan Langkat dan Sultan Serdang.
Tahun 1932 Tan Boen Djin menyelesaikan dua tahun terakhir sekolah menengahnya di Harderwijk Hogeschool dimana ia tinggal bersama saudara perempuan Ny. Klevant.
Setelah SMA Tan Boen Djin melanjutkan pendidikannya di School voor Economie en Ondernemen di Amersfoort selama tiga tahun dan setelah lulus dia berlayar kembali ke Meda ditahun 1937 untuk mengelola Seng Hap bersama Tan Boen An dan Tan Boen Hok.
Ketika Tan Boen An meninggal tak lama setelah pengakuan kedaulatan, Tan Boen Djin telah telah matang untuk menjadi suksesor sebagai direktur Seng Hap.
Tan Boen Djin juga menjadi anggota pendiri Yayasan Universitas Sumatera Utara yang didirikan pada tanggal 4 juni 1952. Yayasan ini mendirikan Fakultas Kedokteran pada tanggal 20 Agustus 1952 yang menjadi fakultas pertama dilingkup Universitas Sumatera Utara. Tan Boen An pendiri USU bersama antara lain Gubernur Abdul Hakim, Walikota A.M. Djaluddin, dr. T. Mansoer, dr. Soemarsono, dan Prof. Mr. Ny. Ani Abas Manopo.
Dimasa tuanya, Tan Boen Djin terpaksa menjual perusahaan Seng Hap karena tidak mempunyai keturunan yang berniat melanjutkan bisnis keluarga. Tan Boen Djin meninggal pada tahun 2009 saat berusia 95 tahun.
------------------------------------------------