Dari dataran tinggi Priangan tertoreh suatu catatan panjang yang berhubungan dengan budaya dan peradaban manusia.
Catatan tersebut menjadi penting dikarenakan, dari sebidang tanah yang dikenal dengan PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sukamaju, Afdeling III Cipetir dihasilkan budidaya yang sangat spesifik ; yakni Gutta Percha.
Tanaman Gutta Percha adalah tumbuhan hutan yang tersebar di pegunungan Kepulauan Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia, dan tergolong kepada Savotaceae.
Catatan tersebut menjadi penting dikarenakan, dari sebidang tanah yang dikenal dengan PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sukamaju, Afdeling III Cipetir dihasilkan budidaya yang sangat spesifik ; yakni Gutta Percha.
Tanaman Gutta Percha adalah tumbuhan hutan yang tersebar di pegunungan Kepulauan Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia, dan tergolong kepada Savotaceae.
Keluarga Savotaceae ini terdiri dari berpuluh jenis, diantarnya adalah suku Palaquium, yang mana dari suku ini yang terbaik adalah jenis Palaquium Oblongifolium Burck dan terdiri dari beberapa varietas diberi nama sesuai tempat tumbuh asalnya, seperti Sumatraensis, Bornensis dan Malayaensis.
Di Jawa Gutta Percha yang disebut Kayu Nagasari dianggap sebagai salah satu pohon bertuah yang berkhasiat sebagai anti tenung.
Gutta Percha di beberapa daerah di Indonesia disebut dengan beberapa nama yang berbeda seperti Balam Bakulo (Palembang), Balam Pucung (Kubu), Nyatoh Darat (Bangka), Nyatoh Pisang (Bangka Belitung), Balam Pucung, Nyatoh Terung, Pulai Pipit (Minangkabau), Nyatoh Terung (Lampung), Nagasari (Jawa).
Gutta Percha mempunyai pohon yang besar dengan ketinggian hingga 30 M, dan diameter mencapai 120 Cm. Batangnya lurus, bulat torak dengan banir tipis, lebar. Kayunya coklat kemerahan, mengkilat, berurat indah dan ringan. Buahnya hijau memanjang dan berisi biji yang memanjang pula.Gutta Percha banyak tumbuh di hutan tropika di dataran rendah sampai ketinggian 1500 M DPL. Seringkali tumbuhan ini didapati tumbuh di hutan-hutan yang berawa. Perkembangbiakan pohon ini dengan menggunakan biji, namun dapat juga diperbanyak dengan menggunakan stek.
Jajaran Pimpinan Land Caoutchoucs Bedrijf Tjipetir |
Pemanfaatan Gutta Percha antara lain kayunya yang banyak digunakan untuk perabot di dalam rumah, lantai, dan mebel. Kayunya kadang-kadang dipakai juga untuk membuat perahu. Sedangkan buahnya (Palaquium rostratum) dapat dimakan dan bijinya mengandung lemak yang banyak untuk memasak.
Selain itu bunga Gutta Percha dapat dimanfaatkan sebagai obat anti diare, aromatik, ekspektoran, gangguan jiwa. Minyak biji untuk lampu, obat koreng, encok, kulit menggerisil, biji untuk eksim, urat darah membesar, benangsasi untuk sakit panas.
Oleh masyarakat Jawa, kayu Nagasari diyakini sebagai salah satu kayu yang bertuah yang bermanfaat untuk keselamatan, kewibawaan, pengobatan, perlindungan terhadap orang jahat/jin jahat, binatang berbisa, anti tenung. Karena itu tidak jarang pohon ini ditemui tumbuh di area pemakaman kuno atau tokoh-tokoh sejarah.
Tahun 1856 hingga 1896, penggunaan Gutta Percha di dunia untuk insulasi kabel dasar laut sudah mencapai 16.000 ton yang direntangkan sepanjang 184.000 mil laut di sekitar pantai Benua Amerika, Eropa, Asia, Australia, pantai timur dan barat Afrika, dan sepanjang antar samudera.
Kegunaan utama pada saat ini adalah untuk instalasi kabel dasar laut, pelapis luar bola golf, campuran gips untuk pembalut tulang, perawatan gigi dan pembuatan gigi palsu.
Karena melihat prospek komersial yang baik , pada tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda melakukan penelitian dengan cara menanam beberapa varietas pohon Gutta Percha, untuk kemudian kemudian diseleksi di Kebun Cipetir. Pada saat itu Kebun Cipetir adalah kebun percobaan yang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor. Kebun Cipetir tersebut, saat ini menjadi Afdeling III PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sukamaju, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Selain itu bunga Gutta Percha dapat dimanfaatkan sebagai obat anti diare, aromatik, ekspektoran, gangguan jiwa. Minyak biji untuk lampu, obat koreng, encok, kulit menggerisil, biji untuk eksim, urat darah membesar, benangsasi untuk sakit panas.
Oleh masyarakat Jawa, kayu Nagasari diyakini sebagai salah satu kayu yang bertuah yang bermanfaat untuk keselamatan, kewibawaan, pengobatan, perlindungan terhadap orang jahat/jin jahat, binatang berbisa, anti tenung. Karena itu tidak jarang pohon ini ditemui tumbuh di area pemakaman kuno atau tokoh-tokoh sejarah.
Tahun 1856 hingga 1896, penggunaan Gutta Percha di dunia untuk insulasi kabel dasar laut sudah mencapai 16.000 ton yang direntangkan sepanjang 184.000 mil laut di sekitar pantai Benua Amerika, Eropa, Asia, Australia, pantai timur dan barat Afrika, dan sepanjang antar samudera.
Kegunaan utama pada saat ini adalah untuk instalasi kabel dasar laut, pelapis luar bola golf, campuran gips untuk pembalut tulang, perawatan gigi dan pembuatan gigi palsu.
Karena melihat prospek komersial yang baik , pada tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda melakukan penelitian dengan cara menanam beberapa varietas pohon Gutta Percha, untuk kemudian kemudian diseleksi di Kebun Cipetir. Pada saat itu Kebun Cipetir adalah kebun percobaan yang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor. Kebun Cipetir tersebut, saat ini menjadi Afdeling III PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sukamaju, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Lanschaap Tjipetir |
Sekitar tahun 1901, karena peningkatan kebutuhan akan Gutta Percha, dan merasa sudah cukup berpengalaman, maka Pemerintah Kolonial Belanda memutuskan untuk membangun Perkebunan Negara Gutta Percha Cipetir .
Mulai 1901 hingga tahun 1906, terjadi penambahan seluas 1000 ha, yang kemudian pada tahun 1919 penanaman Gutta Percha diperluas lagi 250 ha. Total area Gutta Percha di Perkebunan Cipetir saat itu menjadi sekitar 1.322 ha.
Tahun 1914, Perkebunan Cipetir masuk ke dalam Land Caoutchoucs Bedrijf disingkat LCB atau Perusahaan Perkebunan Karet Negara milik pemerintah Belanda.
Mulai 1901 hingga tahun 1906, terjadi penambahan seluas 1000 ha, yang kemudian pada tahun 1919 penanaman Gutta Percha diperluas lagi 250 ha. Total area Gutta Percha di Perkebunan Cipetir saat itu menjadi sekitar 1.322 ha.
Tahun 1914, Perkebunan Cipetir masuk ke dalam Land Caoutchoucs Bedrijf disingkat LCB atau Perusahaan Perkebunan Karet Negara milik pemerintah Belanda.
Guttaperchafabriek Op De Plantage Tjipetir |
Masih pada tahun yang sama, Pemerintah Belanda kemudian membangun pabrik Gutta Percha atas prakarsa Tromp de Haas. Namun selama tujuh tahun, pembangunan pabrik ini sempat terbengkalai. Pada tahun 1921, pabrik Gutta Percha dapat diselesaikan oleh H. Van Lennep, yang saat itu menjabat sebagai Administratur Perkebunan Cipetir.
Vrouwen plukken de bladeren van guttaperchabomen op plantage Tjipetir |
Untuk membuat Gutta Percha dibutuhkan daun dan ranting kecil dari pohon Gutta Percha. Penggilingan daun dan ranting, membutuhkan dibutuhkan dua batu bulat besar menyerupai ban dengan berat masing-masing sekitar empat ton. Batu ini adalah batu granit yang didatangkan dari Italia.
Tjipetir, de kollergang maalt de guttapercha bladeren door middel van walse |
Saat ini, terdapat delapan batu yang tersimpan di pabrik Cipetir. Dari delapan batu tersebut, hanya empat batu saja yang masih berfungsi yang mana tanpa bantuan batu tersebut Gutta Percha tidak bisa diproses.Ada cerita menarik ketika batu ini pertama kali dikirim ke pabrik Cipetir. Dari delapan batu, sebanyak tujuh batu dapat dibawa mudah dan lancar ke pabrik dengan menggunakan pedati yang ditarik oleh kuda. Namun untuk membawa satu batu terakhir dibutuhkan waktu lama. Penyebabnya adalah kuda yang mengangkut batu ini tidak mau jalan jika tidak ditarikan tarian Ronggeng, tarian daerah Jawa Barat. Ketika tarian Ronggeng dimulai, kuda pun akhirnya jalan. Tapi kalau tari Ronggeng berhenti, kuda juga akan berhenti dan oleh karena itu, batu terakhir ini sering disebut dengan Si Ronggeng.
Pekerjaan Instalasi kabel bawah laut merupakan suatu rekayasa industri
eletronik canggih pada saat itu yang berhubungan langsung dengan revolusi didunia telekomunikasi .
Pekerjaan instalasi kabel bawah laut ini adalah dengan tujuan agar dapat menambah jangkauan
penggunaan telegraf sebagai alat komunikasi .
Telegraph adalah
sistem telekomunikasi yang menggunakan peralatan listrik untuk mengirimkan dan
menerima sinyal sesuai dengan kode dalam bentuk pulsa listrik.
Dan dalam penggunaannya Telegraf mengirimkan sinyal untuk jarak yang jauh melalui kabel-kabel
tembaga.
Sinyal-sinyal yang di kirimkan oleh telegraf merupakan kode-kode sederhana yang mewakili pesan-pesan yang ingin dikirimkan. Sinyal-sinyal dikirimkan dengan mengunakan pulsa listrik melalui kabel tunggal. Kode-kode sederhana itu disebut dengan Kode Morse (Samuel Finley Breese Morse ; Charlestown, 27 April 1791 – New York City, 2 April 1872), sesuai dengan nama penemunya.
Operator telegraf mengirimkan sinyal-sinyal menggunakan sebuah peralatan yang menginterupsi aliran listrik disebuah kabel. Operator menggunkan loncatan arus pendek dan panjang dengan jarak di antaranya untuk mengkodekan huruf-huruf dari pesan yang ingin dikirimkan.Sebuah peralaratan di penerima akan mengubah sinyal-sinyal menjadi rangkaian bunyi kedutan.Kemudian operator telegraf atau printer mekanik menerjemahkannya menjadi kata-kata. Pesan yang dikirim melalui telegraf disebut telegram.
Sinyal-sinyal yang di kirimkan oleh telegraf merupakan kode-kode sederhana yang mewakili pesan-pesan yang ingin dikirimkan. Sinyal-sinyal dikirimkan dengan mengunakan pulsa listrik melalui kabel tunggal. Kode-kode sederhana itu disebut dengan Kode Morse (Samuel Finley Breese Morse ; Charlestown, 27 April 1791 – New York City, 2 April 1872), sesuai dengan nama penemunya.
Operator telegraf mengirimkan sinyal-sinyal menggunakan sebuah peralatan yang menginterupsi aliran listrik disebuah kabel. Operator menggunkan loncatan arus pendek dan panjang dengan jarak di antaranya untuk mengkodekan huruf-huruf dari pesan yang ingin dikirimkan.Sebuah peralaratan di penerima akan mengubah sinyal-sinyal menjadi rangkaian bunyi kedutan.Kemudian operator telegraf atau printer mekanik menerjemahkannya menjadi kata-kata. Pesan yang dikirim melalui telegraf disebut telegram.
Telegrafi listrik ditemukan dan dipatenkan oleh William Fothergill Cooke dan Charles Wheatstone pada 1837. Selanjutnya pada tahun yang sama Samuel Morse mengembangkan Telegraph dan bahasa kode Morse bersama Sir William Cook dan Sir Charles Wheatstone. Penemuan tersebut menjadikan telegram dapat secara mudah dan murah digunakan baik untuk urusan resmi, bisnis maupun sosial. Selain daripada itu, penemuan ini juga memungkinkan orang untuk bertukar informasi tanpa dirintangi oleh jarak, tempat, cuaca maupun waktu.
Morse memproduksi telegraf listrik pertama pada tahun 1835. Pada tahun 1843 ia mendapat suntikan dana 30.000 dolar Amerika dari Kongres untuk jalur eksperimen dari Washington, D.C. ke Baltimore dan pada tanggal 24 Mei 1844 ia mengirimkan pesan pertama telegrafi Amerika menggunakan kode Morse " What has God wrought "
Keberhasilan itu menumbuhkan keyakinan bahwasanya manusia
dapat menciptakan komunikasi tanpa dibatasi jarak dan waktu. Yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana dengan kendala bagaimana membuat dan memasang
ratusan ribu kilometer kabel yang membentang di dasar laut.
Melalui berbagai penelitan dan
percobaan, akhirnya didapati suatu benda yang bersifat sebagai plastik alami bernama gutta-percha ; yang
terbukti cocok dan sangat ampuh sebagai pelapis kabel bawah laut.
Pada 1832, seorang ahli bedah asal Inggris Dr William
Montgomery yang bertugas di Singapura mendapatkan pengetahuan dari seorang petani melayu tentang kegunaan Gutta Percha.
Dia menyadari potensi getah itu, terutama untuk digunakan pada peralatan dan instrumen medis ; setelah melakukan sejumlah
eksperimen, maka pada tahun 1843, dia mempresentasikan karyanya ke Dewan
Kedokteran Calcutta di India dan kepada The Royal Society of Arts di London. Untuk
karyanya tersebut, Royal Society of Arts memberikan medali emas sebagai
penghargaan.
Selanjutnya Dr William Montgomery menunjukkan sampel itu ke
Michael Faraday, yang menyarankan penggunaannya sebagai isolator listrik dan
kepada Charles Mackintosh, produsen
pakaian tahan air.
Seorang mitra Mackintosh, Thomas Hancock, menunjukkan sampel
itu kepada saudaranya, Charles, yang tengah mengembangkan sumbat botol dan dia berpendapat Gutta Percha sebagai bahan
ideal. Bersama Henry Bewley, produsen air soda, mereka membentuk Gutta Percha
Company pada 4 Februari 1845 yang memproduksi sumbat botol dan barang lainnya
dari Gutta Percha. Perserikatan tersebut tidak berlangsung lama ; perselisihan
terjadi dan Hancock mengundurkan diri.
Bewley
terus memproduksi konduktor yang terbungkus dalam insulasi (cable core), dan
menjadi pemasok bagi pemerintah, saat pemasangan kabel yang melintasi Selat
Inggris pada tahun 1850 sampai tahun 1851.
Pada suhu biasa, Gutta Percha merupakan benda keras, sedikit sekali merentang. Namun ketika dipanaskan pada suhu 650 C, material yang diperoleh dari pohon Palagulum Oblongifolium Burck ini menjadi lunak dan dapat dikepal-kepal tangan untuk membentuk apapun.
Kabel bawah laut memerlukan isolator yang mempunyai ketahanan terhadap tekanan tinggi di dasar laut selain mampu menghadapi kerusakan yang disebabkan oleh tumbuhan maupun binatang laut. Yang mana solusi terhadap masalah tersebut ditemukan ada pada sifat tanaman Gutta Percha.
Penggunaan Gutta Percha sebagai insulator kabel bawah laut dimulai 1850 yaitu saat dipakai sebagai kabel bawah laut yang menghubungkan Dover ke Calais.
Kabel telegraf bawah laut pertama tersebut diletakkan oleh Jacob dan John Watkins Brett bersaudara melintasi Selat Inggris, yang memisahkan Inggris dan Prancis, pada Agustus 1850. Sempat rusak setelah bekerja sehari, ia akhirnya kembali terpasang dengan baik dari Dover (Inggris) ke Calais (Prancis) setahun kemudian.
Upaya menghubungkan Eropa terus berlanjut, pada 1852, Britania Raya terhubung dengan Irlandia, lalu London-Paris. Inggris-Belanda terhubung oleh kabel yang melintasi Laut Utara, dari Orford Ness ke The Hague pada 1853.
Orang yang menjadikan Gutta Percha sebagai pembicaraan dunia adalah Cyrus Field, seorang pebisnis dan pemodal Amerika yang memimpin Atlantic Telegraph Company.
Field melakukan upaya pertama untuk memasang kabel telegraf trans-Atlantik pada 1858. Pesan pertama yang dikirim melalui kabel itu terjadi pada 16 Agustus 1858 adalah "Kemuliaan bagi Tuhan yang Mahatinggi ; di bumi, perdamaian dan kemauan baik akan menghampiri semua orang". Lalu Ratu Victoria dari Inggris mengirim telegram ucapan selamat kepada Presiden Amerika Serikat James Buchanan. Keduanya juga berharap teknologi komunikasi ini akan mengeratkan hubungan di antara bangsa-bangsa.
Antusiasme atas kehadiran teknologi baru itu membuncah. Keesokan harinya, sebagai bentuk penghormatan, letusan 100 senjata bergema di New York City. Jalan-jalan dihiasi bendera, lonceng-lonceng gereja berdentang dan pada malam harinya kota itu disemarakkan dengan gemerlap oleh lampu hias.
Namun setelah beroperasi lebih kurang satu bulan, koneksi tersebut mengalami gangguan karena adanya tegangan yang berlebihan sehingga pesimisme muncul dan kepercayaan investor menurun.
SS Great Eastern |
Koneksi kembali lancar setelah upaya yang dilaksanakan pada 1865 dan 1866, yaitu dengan menggunakan dengan kapal uap terbesar di dunia, SS Great Eastern, untuk membentangkan kabel bawah laut serta penerapan teknologi yang lebih maju. SS Great Eastern juga terus digunakan untuk melanjutkan pemasangan kabel pertama itu hingga mencapai India dari Aden, Yaman, pada 1870.
Setelah sukses meletakkan kabel trans-Atlantik, negara-negara imperium mulai menghubungkan kawasan-kawasan jajahannya. Ini bukan saja memungkinkan pesan dan maklumat bisa dikirimkan ke mana saja dengan cepat, tapi juga meneguhkan sistem pemerintahan kolonial terhadap koloninya. Pada 1870-an, kabel telegraf bawah laut telah terpasang terpasang dan menghubungkan Eropa dengan Afrika, Asia, Australia, dan Amerika Selatan.
Hindia Belanda juga ikut memasuki era komunikasi baru ini ; pada 1855, Raja Willem III menyetujui usul pemerintah jajahan untuk penggunaan telegraf. Setahun kemudian, saluran telegraf pertama telah beroperasi antara Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), dimana kawat telegraf digantung dengan memanfaatkan pohon-pohon randu. Untuk keperluan itu pemerintah mewajibkan rakyat menanam pohon randu di sepanjang jalan.
Setelah sukses meletakkan kabel trans-Atlantik, negara-negara imperium mulai menghubungkan kawasan-kawasan jajahannya. Ini bukan saja memungkinkan pesan dan maklumat bisa dikirimkan ke mana saja dengan cepat, tapi juga meneguhkan sistem pemerintahan kolonial terhadap koloninya. Pada 1870-an, kabel telegraf bawah laut telah terpasang terpasang dan menghubungkan Eropa dengan Afrika, Asia, Australia, dan Amerika Selatan.
Hindia Belanda juga ikut memasuki era komunikasi baru ini ; pada 1855, Raja Willem III menyetujui usul pemerintah jajahan untuk penggunaan telegraf. Setahun kemudian, saluran telegraf pertama telah beroperasi antara Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), dimana kawat telegraf digantung dengan memanfaatkan pohon-pohon randu. Untuk keperluan itu pemerintah mewajibkan rakyat menanam pohon randu di sepanjang jalan.
Penggunaan telegraf di Hindia Belanda kali pertama secara resmi ditandai dengan pengiriman telegraf oleh Ir Groll, kepala Dinas Telegraf Pemerintah, dari Batavia Centrum ke Buitenzorg (Bogor), Istana kediaman Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud.
Mulanya penggunaan telegraf terbatas untuk keperluan pemerintah, namun sejak tahun 1857, pada saat kawat antara Batavia dan Surabaya dibangun dan dioperasikan oleh swasta, maka fasilitas telegraf dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Mulanya penggunaan telegraf terbatas untuk keperluan pemerintah, namun sejak tahun 1857, pada saat kawat antara Batavia dan Surabaya dibangun dan dioperasikan oleh swasta, maka fasilitas telegraf dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Pada tahun 1859, jaringan di Jawa panjangnya mencapai 2.700 Km dan mempunyai 28 pos yang digunakan oleh masyarakat untuk umum.
Hubungan dengan dunia luar dimulai pada 1859 ketika kabel pertama dipasang R.S. Newall & Company, produsen kabel yang berkantor di Gateshead, Inggris. Kabel itu membujur dari Singapura ke Batavia sepanjang 550 NM, tapi rusak begitu dipasang dikarenakan putus terkena jangkar kapal.
Tampaknya terjadi masalah yang berlarut-larut antara pemerintah kolonial dengan R.S. Newall & Company sehingga butuh waktu sepuluh tahun lebih untuk kembali mencoba membangun jaringan kabel bawah laut. Baru pada tahun 1870 British-Australian Telegraph Company memasang kabel dengan rute yang sama dan rute lainnya, dari Banyuwangi ke Darwin.
Pemerintah terus memasang kabel-kabel di sejumlah pulau, pada tahun 1882, telah terpasang sekira 290 NM dengan menggunakan kapal-kapal milik Eastern Extension, Australasia and China Telegraph Company (EEACTC), perusahaan yang dibentuk pada 1873 di mana British-Australian Telegraph Company masuk di dalamnya.
Kabel lain dipasang antara Jawa-Bali-Makassar (1888), Medan-Aceh (1892), Bali-Lombok dan Olehleh-Sabang (1897), Jawa-Banjarmasin (1901), Balikpapan-Kwandang (1903), Menado-Yap-Guam-Shanghai (1904), Balikpapan-Makassar (1905), Balikpapan ke Surabaya dan Kema-Ternate (1913), serta Surabaya-Makassar-Donggala-Menado (1921). Untuk perawatan, pemerintah membeli sebuah kapal yang kemudian diberi nama Telegraaf. Kapal ini bertugas hingga 1924 sebelum digantikan oleh CS Zuiderkruis.
Berkat Gutta Percha wilayah-wilayah di Nusantara saling terhubung, dan menjadi bagian dari "kampung global". Berkat gutta-percha pula, lewat sarana telegraf, dunia mengetahui kedahsyatan letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
Telegraf-kabel menjadi usang dengan ditemukannya penggunaan telepon ; yaitu ketika Graham Bell mematenkan telepon pada 1876 dan Guglielmo Marconi mematenkan telegram nirkabel (dengan gelombang radio) pada 1896.
Pada tahun 1933 pemerintah kolonial memutuskan meninggalkan jaringan kabelnya dan beralih pada nirkabel untuk digunakan di hindia belanda.
Temuan lembaran Gutta Percha dengan label "Tjipetir" telah lama menjadi misteri bagi penduduk dikawasan Atlantik, khususnya didaerah pantai Inggris Raya dan disebagian pantai Eropa barat.
Banyak teori yang membahas hal menarik ini ; tetapi teori yang paling kuat adalah bahwasanya lembaran Gutta Percha itu adalah berasal dari reruntuhan "RMS Titanic" yang tenggelam pada malam 14 April sampai pagi 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara, empat hari setelah berangkat dari Southampton dalam pelayaran perdananya.
Hal itu disebabkan bukti yang didasarkan kepada manifest cargo HMS Titanic yang menyatakan adanya cargo Gutta Percha sebanyak 100 Kantong milik Baring Bros & Co.
Misteri lebaran Gutta Percha itu masih terus menarik perhatian sampai saat ini di belahan Atlantik dan masih terus diselidiki.
Untuk melihat ketertarikan terhadap kasus ini, berikut kami sadur tulisan dari Daily Mail.
Pustaka :
INDIA RUBBER, GUTTA-PERCHA, AND BALATA
By William T. Brannt ; Philadelphia : Henry Carey Baird & Co, Industrial Publishers, Booksellers And Importers, 810 Walnut Street ; London: Sampson Low, Marston & Co.,Limited, St. Dunstan's House, Fetter Lane, Fleet Street. ; 1900.
Hubungan dengan dunia luar dimulai pada 1859 ketika kabel pertama dipasang R.S. Newall & Company, produsen kabel yang berkantor di Gateshead, Inggris. Kabel itu membujur dari Singapura ke Batavia sepanjang 550 NM, tapi rusak begitu dipasang dikarenakan putus terkena jangkar kapal.
Tampaknya terjadi masalah yang berlarut-larut antara pemerintah kolonial dengan R.S. Newall & Company sehingga butuh waktu sepuluh tahun lebih untuk kembali mencoba membangun jaringan kabel bawah laut. Baru pada tahun 1870 British-Australian Telegraph Company memasang kabel dengan rute yang sama dan rute lainnya, dari Banyuwangi ke Darwin.
Pemerintah terus memasang kabel-kabel di sejumlah pulau, pada tahun 1882, telah terpasang sekira 290 NM dengan menggunakan kapal-kapal milik Eastern Extension, Australasia and China Telegraph Company (EEACTC), perusahaan yang dibentuk pada 1873 di mana British-Australian Telegraph Company masuk di dalamnya.
Kabel lain dipasang antara Jawa-Bali-Makassar (1888), Medan-Aceh (1892), Bali-Lombok dan Olehleh-Sabang (1897), Jawa-Banjarmasin (1901), Balikpapan-Kwandang (1903), Menado-Yap-Guam-Shanghai (1904), Balikpapan-Makassar (1905), Balikpapan ke Surabaya dan Kema-Ternate (1913), serta Surabaya-Makassar-Donggala-Menado (1921). Untuk perawatan, pemerintah membeli sebuah kapal yang kemudian diberi nama Telegraaf. Kapal ini bertugas hingga 1924 sebelum digantikan oleh CS Zuiderkruis.
Berkat Gutta Percha wilayah-wilayah di Nusantara saling terhubung, dan menjadi bagian dari "kampung global". Berkat gutta-percha pula, lewat sarana telegraf, dunia mengetahui kedahsyatan letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
Telegraf-kabel menjadi usang dengan ditemukannya penggunaan telepon ; yaitu ketika Graham Bell mematenkan telepon pada 1876 dan Guglielmo Marconi mematenkan telegram nirkabel (dengan gelombang radio) pada 1896.
Pada tahun 1933 pemerintah kolonial memutuskan meninggalkan jaringan kabelnya dan beralih pada nirkabel untuk digunakan di hindia belanda.
---------------------------------------------
MISTERI CARGO KAPAL "TITANIC"
Temuan lembaran Gutta Percha dengan label "Tjipetir" telah lama menjadi misteri bagi penduduk dikawasan Atlantik, khususnya didaerah pantai Inggris Raya dan disebagian pantai Eropa barat.
Banyak teori yang membahas hal menarik ini ; tetapi teori yang paling kuat adalah bahwasanya lembaran Gutta Percha itu adalah berasal dari reruntuhan "RMS Titanic" yang tenggelam pada malam 14 April sampai pagi 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara, empat hari setelah berangkat dari Southampton dalam pelayaran perdananya.
Hal itu disebabkan bukti yang didasarkan kepada manifest cargo HMS Titanic yang menyatakan adanya cargo Gutta Percha sebanyak 100 Kantong milik Baring Bros & Co.
Misteri lebaran Gutta Percha itu masih terus menarik perhatian sampai saat ini di belahan Atlantik dan masih terus diselidiki.
Untuk melihat ketertarikan terhadap kasus ini, berikut kami sadur tulisan dari Daily Mail.
---------------------------------------------------
---------------------------------------------------
---------------------------------------------------
Pustaka :
INDIA RUBBER, GUTTA-PERCHA, AND BALATA
By William T. Brannt ; Philadelphia : Henry Carey Baird & Co, Industrial Publishers, Booksellers And Importers, 810 Walnut Street ; London: Sampson Low, Marston & Co.,Limited, St. Dunstan's House, Fetter Lane, Fleet Street. ; 1900.
__________________________________