Friday, May 6, 2022

AVROS (Algemeene Vereeniging van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera)

Cantik anggun penuh aura tercermin dari gedung yang diarsiteki GH Mulder pada 1918, dan terletak di Jl. Pemuda No. 2 Medan 20151 yang dikenal dengan nama AVROS. 

Berdiri 3 lantai memiliki ukuran tidak beraturan sekitar 20 x 25 m2 dengan tingginya sekitar 25 m ditambah satu ruang bawah atap sekaligus ruang menara jam dengan komponen material lantai ubin dan teraso, dinding bata, atap genteng. Art Nouveau adalah sebuah gaya arsitektur yang muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Prinsip dasar dalam gaya arsitektur ini adalah ekspresi unsur-unsur utilitarian dari suatu bangunan (perencanaan, metode konstruksi, dan bahan) melalui citra artistik. Dalam sintesis artistic bangunan-bangunan yang memakai gaya art-nouveau, dekor ornamental tidak begitu menentukan esensi dari gayanya. Ornamen-ornamen dekoratif justru lebih sering mengambil bentuk dan merupakan ciri khas dari art nouveau.
 
Interior gedung terdiri dari ruang depan mengarah ke tangga ke lantai atas dan di bawah tangga ini ada dua lemari besi (brankas). Pintu keluar belakang mengarah ke beberapa bangunan tambahan dengan ruang kerja pribadi. Selain tangga ganda melingkar di pintu masuk utama, terdapat dua tangga internal menghubungkan ke lantai dua yang terletak di ruang presiden dan ruang sekretaris. Secara keseluruhan gedung ini terdiri dari tiga ruang kerja yang sangat luas dengan dua brankas, lima ruang kerja lainnya lebih kecil juga dengan dua brankas.
Di lantai dasar awalnya difungsikan sebagai kamar kerja Presiden AVROS, ruang sekretaris dan wakil sekretaris, ruang tunggu dan lift kecil untuk mengangkut dokumen ke lantai di atasnya. Langit-langitnya ditopang oleh balok-balok kayu, dan sebagian ruangan digunakan sebagai tempat duduk terpisah untuk konferensi kecil. Elemen yang menarik dari ruangan ini, adalah desain panelnya yang terbuat dari kayu jati, lantainya memberikan warna hangat dari kayu mahoni.
Perabot dan desain panel kayu ini dipesan dari perusahaan Andriesen di Semarang memberi efek yang menarik dalam interior gedung ini. Ruang untuk wakil sekretaris dan staf administrasi sangat luas dan terhubung ke ruang sekretaris. Ruang akuntan di lantai pertama sepanjang tangga internal. Ruang direktur memiliki tangga internal ke ruang pertemuan (rapat) dan bisa keluar melalui pintu belakang yang terletak di sisi utara, sehingga direktur dapat memasuki kamar kerjanya, meskipun pintu masuk utama ke gedung ditutup pada malam hari. Di sebelah ruang administrasi terdapat tangga internal rahasia yang dihubungkan ke lantai atas.
 
Over supply dan pengetatan regulasi di Amerika Serikat sebagai pasar utama ekspor tembakau di permulaan Abad XX mengakhiri masa keemasan komoditi tersebut yang berjalan sekitar 30 tahun. Jatuhnya harga tersebut juga mengakibatkan para pelaku bisnis tembakau harus berfikir lebih keras dalam menjalankan bisnisnya untuk dapat survive dan memberikan keuntungan optimal bagi para pesahamnya.
 
Pada sisi lain, teknologi internal combustion engine yang diaplikasikan pada mesin diesel maupun bensin serta penerapan sistem produksi ban berjalan dalam produksi massal mobil oleh Henry Ford berdampak kepada semakin terjangkaunya harga mobil mengakibatkan lonjakan kebutuhan akan lateks maupun produk karet lainnya yang sangat dibutuhkan sebagai bahan industri lanjutan.
 
Di Sumatera Timur (Oostkust van Sumatra) karet mulai dibudidayakan sejak 1902 dengan spesies Hevea Brasiliensis di Kebun Batang Serangan, Langkat yang berbeda dengan karet yang dibudidayakan pertama kali di Jawa sebagai turunan spesies Ficus Elastica berasal dari Kebun Raya Bogor (Lands Plantentuin te Buitenzorg).
 
Deli Maatschappij adalah perusahaan perkebunan pertama di Sumatera Timur yang mengeksplotasi Karet dan hingga 1930an telah mempunyai 20.000 Hektar Tanaman Menghasilkan. Setelah krisis, banyak perusahaan perkebunan beralih menanam karet dan pada tahun 1930an karet telah menjadi komoditi utama industri perkebunan di Sumatra Timur. Hingga tahun 1920an, terdapat tujuh negara utama yang berinvestasi dan karet merupakan komoditas utama perkebunan di pesisir timur Sumatra. Eskalasi jumlah perkebunan yang mengelola tanaman karet mengakibatkan peningkatan kebutuhan areal, sarana prasarana serta yang terutama kebutuhan tenaga kerja yang sangat besar.
 
Lonjakan kebutuhan dan nilai ekonomis yang tinggi berakibat kenaikan investasi perkebunan karet sebagaimana saat booming tembakau diera sebelumnya ; mensikapi hal tersebut kumpulan perkebunan karet mendirikan asosiasi untuk menjadi wadah menyelesaikan permasalahan dan sebagai perwakilan perusahaan karet dalam memperjuangkan aspirasinya kepada pihak pemerintahan. Dimana hal ini mengacu kepada eksistensi DPV (Deli Planters Vereeniging, 24 Juni 1879) untuk tanaman tembakau yang saat ini bangunan kantornya menjadi RS Putri Hijau.
 
AVROS (Algemeene Vereeniging van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) dibentuk tahun 1910 sebagai Asosiasi Perusahaan Perkebunan Karet untuk Pantai timur Sumatera, dan setelah sembilan tahun berdiri akhirnya AVROS mendirikan kantornya pada tahun 1919 yang terletak di persimpangan Jalan Palang Merah (dulu Soekamoeliaweg) dan Jalan Pemuda (dulunya Paleisweg) berpindah dari kantor sebelumnya yang menjadi bagian dari Kantor DPV.
 
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, AVROS memiliki beberapa lembaga yang telah diatur posisi dan tugasnya sehingga lebih fokus dalam memenuhi perannya sebagai asosiasi ;
  1. Dalam bidang perekrutan buruh : JIB, ADEK dan VEDA
  2. Balai Penelitian, Pada tahun 1916 didirikan Algemeen Proefstation der AVROS (APA)dan saat ini dikenal dengan nama RISPA atau PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan).
  3. Bagian Urusan Keuangan dan Perekonomian, mengatur pengaadaan maupun pembagian natura (catu), pengadaan sarana prasarana kepentingan perkebunan,
  4. Bagian Public Relations ; bertugas untuk memelihara hubungan antara AVROS, pengusaha perkebunan, pemerintah, dan juga pers.
  5. Bagian Agraria ; berugas permasalahan agraria dan mengurus peraturan canon dan cijn yang diadakan bersama para anggota maupun pemerintah.
  6. Bagian Dactyloscopie ; bertugas untuk melaksanakan pendaftaran pada setiapa buruh yang bekerja di perkebunan-perkebunan. Bagian ini akan mengambil sidik jari dari setiap buruh yang bekerja di perkebunan dan kemudian menyimpannya.
-De Millioenen uit Deli-
Akhir tahun 1902, Johannes van den Brand seorang Advokat dan Editor untuk De Sumatra Post mengeluarkan brosur dengan judul "De Millioenen uit Deli" yang artinya berjuta-juta dari Deli, yang berisikan kekejaman para tuan kebun di Sumatra Timur.
 
Kekejaman terhadap para pekerja tersebut adalah buah dari perjanjian kerja (Koeli Ordonantie) yang tidak sepenuhnya dapat dimengerti oleh para pekerja yang sangat terbatas pengetahuanya, sementara disisi lain ; atas perjanjian yang disetujui oleh pihak pemerintahan, kepada pimpinan kebun diberi hak untuk memberikan hukuman kepada pekerjanya tanpa melalui prosedural hukum yang lazim. 
Yang menjadi bahan pembicaraan di parlemen Belanda pada masa itu adalah A.W.F Idenburg - Menteri daerah Koloni yang baru diangkat tahun 1902 dan T.J.Cremer - tuan kebun yang menjadi politisi, dan Residen P.J.Kooreman. Kebobrokan kepemimpinannya sebagai residen secara telanjang dijabarkan oleh Brand, dimana dia ditengarai membiarkan perbudakan terjadi disemua perkebunan di Sumatra Timur.
P.J. Kooreman Resident  Oostkust van Sumatra
Untuk mengklarifikasi hal ini, Kooreman pun berpidato pada tanggal 22 Desember 1902 di Medan dan disiarkan secara terperinci disurat kabat Deli Courant edisi 9 Februari 1903. Dalam pidatonya tersebut Kooreman menyatakan bahwa brosur itu sebuah kebohongan, karena selama dia menjabat, tidak pernah ada laporan tentang kekerasan dan kebiadaban di lingkungan perkebunan. Malah ordonasi kuli bukanlah membuat kuli terikat melainkan mencegah mereka untuk membatalkan kontrak.
 
Kondisinya malah menguntungkan para kuli, kuli-kuli boleh berkeluh kesah dan segera kami tindak lanjuti. Pernyataan Kooreman dibantah Brand, seperti tidak adanya perempuan yang disalib kata Kooreman, Brand mengatakan hal itu benar - benar terjadi di kebunan Sampali milik Deli Maatschappij.
Bagi Cremer hal ini tidak membuatnya pusing. Dia menjadi kaya raya akibat dari kuli ordonasi yang pernah dia cetuskan. Bahkan dia tidak pernah tersentuh oleh hukum. Pada tahun 1897 sebagai Menteri Koloni termasuk dalam kabinet liberal progresif Pierson Goeman Borgesiuslaan (27 Juli 1897 -1 Agustus 1901).
 
AVROS saat ini.
 
Pada 6 Desember 2018, Gedung AVROS diresmikan menjadi Museum Perkebunan Indonesia II oleh Menteri Pertanian Kabinet Gotong Royong (2001-2004) Prof.DR. Bungaran Saragih, sementara saat ini sedang mengalami renovasi sehingga tidak dibuka untuk umum. 
Harapan kami, semoga Museum Perkebunan Indonesia II tidak hanya menjadi tempat melihat artefak dan kejayaan yang pernah terjadi ; tetapi mampu bersikap dinamis dan menjadi ‘kawah candradimuka’ dimana keunggulan Deli Planters dapat dilestarikan.