Friday, May 13, 2022

Deli Paardenrenbaan, pacuan kuda tempat pendaratan pertama pesawat KLM di Medan

 
Dunia aviasi adalah dunia glamour ; citra keindahan, kecantikan, kemegahan seperti ditampilkan iklan penerbangan memperkuat kesan hal tersebut. Selain daripada itu, dunia aviasi, juga sangat menantang karena teknologi yang diterapkan padanya adalah merupakan puncak kumpulan ilmu terapan. Berkaitan dengan dunia penerbangan, maka patutlah diketahui bahwasanya Medan menjadi tempat pertama pendaratan pesawat komersial dari maskapai penerbangan KLM di Hindia Belanda pada 1924, selain dari letak geografis maka keterkaitan NV Deli Maatschappij sebagai salah satu sponsor juga menjadi bahan pertimbangan utamanya. 
Hoofd Kantoor Deli Maatschappij Medan 1910
Hoofd Kantoor Deli Maatschappij Medan 2021
Peristiwa pendaratan pertama di Hindia Belanda ini bermula dari rencana kedatangan penjelajah penerbangan berasal dari Belanda bernama Abraham Nicolaas Jan Thomassen alias Thuessink van der Hoop (Arnhem, 9 maart 1893 – Den Haag, 2 februari 1969) yang lebih dikenal dengan nama Jan van der Hoop, seorang pionir pilot Belanda saat sedang berusaha memecahkan rekor penerbangan dari Amsterdam ke Batavia. Rute udara Amsterdam ke Batavia ini menggunakan pesawat Fokker F VII (registrasi H-NACC) yang berhenti di 21 kota termasuk Medan dengan total waktu terbang 127 jam atau 6 hari perjalanan ; sebagai perbandingan, perjalanan kapal laut dari Batavia ke Amsterdam memakan waktu 30 hari melalui kapal laut. (catt; saat ini penerbangan langsung Jakarta – Amsterdam memakan waktu 14 jam). 
Deli Pardenranbaan ; lapangan pacuan kuda Medan, saat ini Pusat Pasar.

Van Der Hop dan rombongan disambur Walikota Medan Daniël Baron Mackay dengan adat Melayu yaitu 'Tepung Tawar'
NV Deli Maatschappij yang turut mensponsori perjalanan tersebut mempersiapkan sebuah landasan diareal kebun Polonia, tetapi karena waktunya sudah sangat mendesak, akhirnya pesawat Fokker F VII yang diawaki Van der Hoop bersama VN. Poelman dan Van der Broeke mendarat di lapangan pacuan kuda milik Deli Paardenrenbaan. 
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut pada Residen Sumatera Timur membangun sebuah tugu peringatan tepat diantara tribun penonton yang terletak di Wihelmina Straat atau Jl. Sutomo saat ini.
Deli Paardenrenbaan ; saat ini menjadi lokasi Pusat Pasar Medan
Keberhasilan penerbangan tersebut, memicu semangat para para kapitalis perkebunan sumatera timur untuk berinvestasi di dunia penerbangan.
JT Cremer sebagai Komisaris Utama Deli Maatschappij melihat penerbangan sebagai peluang bisnis baru. Planters fenomenal ini, selain menjadi komisaris utama juga menjabat menteri Negara jajahan di Kabinet pemerintahan, sehingga memudahkannya untuk melakukan lobby yang menguntungkan perusahaan. Melalui berbagai usaha, akhirnya pada 16 Juli 1928 KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) atau Perusahaan Penerbangan Kerajaan Hindia Belanda resmi berdiri. 
Investor KNILM yang didominasi perusahaan perkebunan (50,25%)
Asisten Residen Sumatera Timur CS Van Kempen Sebagai kelanjutan daripadanya dan untuk hal tersebut maka Asisten Residen Sumatera Timur CS Van Kempen mendesak pemerintah Hindia Belanda di Batavia, agar mempercepat dropping dana untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia, dan sesuai dengan harapan akhirnya pada tahun 1928 itu Polonia siap dioperasikan. 
Asisten Residen Sumatera Timur CS Van Kempen
Polonia Airport 1928
Sultan Langkat selesai Joy Flight
Sultan Deli dan Kerabat selesai Joy Flight
Pembukaan secara resmi ditandai ditandai dengan mendaratnya enam pesawat udara milik KNILM pada landasan yang masih darurat, berupa tanah yang dikeraskan. Acara peresmian ini diselenggarakan dengan meriah disertai dengan joyflight bersama para Sultan beserta kerabat serta pejabat kolonial di Sumatera Timur. 
Mulai tahun 1930, KNILM membuka jaringan penerbangan ke Medan secara berkala dan. Pada tahun 1936 lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu (runway) sepanjang 600 meter. 
Airbus A 320 Air Asia QZ 7803 dengan pilot Capt Sugio Pranoto menjadi pesawat terakhir yang mendarat di Polonia Rabu 24 Juli 2013 jam 23.51 WIB Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Perhubungan dan Departemen Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Dan mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1985, pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero). 
 
Ke Medan lawe, raun kita biar gakpala apakali ...