Wednesday, November 29, 2023

Deli Proefstation


Beralamat di Jl. Diponegoro No 30 Medan 20152 gedung ini menjadi bagian dan saksi kesejarahan republik di Sumatera Utara.

Bermula pada 15 September 1894, Deli Proefstation didirikan oleh Deli Planters Vereeniging bekerjasama dengan Land Plantentuin te Buitenzorg sebagai lembaga penelitian budidaya tembakau. Pusat penelitian dibutuhkan karena terjadinya serangan penyakit bercak hitam pada daun yang berakibat penurunan mutu dan harga tembakau.

Foto udara areal Deli Proef Station
Kerjasama tersebut berjalan dengan sangat baik, tetapi kendala jarak serta timbulnya aspek teknis yang membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat mengakhiri kerjasama tersebut pada 1 Juni 1906, yaitu saat Deli Proefstation secara resmi berdiri di Medan. Selanjutnya, pada 31 Oktober 1913 Deli Proefstation menempati gedung sendiri yang dilengkapi fasilitas dengan sarana dan prasarana secara mandiri (lihat foto) setelah sebelumnya menggunakan fasilitas yang dimiliki Deli Maatschappij ; berlokasi di Manggalaan, saat ini Jalan Diponegoro No 30 Medan 20152.

Deli Proefstation berkembang dengan sangat baik, sehingga pada zamannya menjadi kiblat budidaya tembakau di dunia, antara lain dengan menghasilkan bibit sempurna yang dijaga ketat dan hanya digunakan para anggotanya serta menjadi andalan bagi perkebunan tembakau untuk riset dan pengembangan budidaya yang didukung ahli berbagai bidang sebagai peneliti.

Secara fungsi Gedung Deli Proefstation yang beralas hak Eigendom Verfonding Nomor 42 atas nama Deli Maatschappij berjalan sampai dengan 1 Juli 1948, saat gedung ini disewa dan menjadi Kantor Wali Negara Sumatera Timur yang berdiri pada 25 Desember 1947 dengan dr. Tengkoe Mansoer sebagai wali negara. Perjanjian sewa yang diterakan adalah untuk penggunaan selama 17 tahun dengan nilai 750 Gulden perbulan. Sebagai tambahan informasi ; ibukota provinsi di era revolusi kemerdekaan adalah Pematang Siantar dan selanjutnya di Sibolga sampai dengan pengakuan kedaulatan.

Dengan berjalannya waktu maka terjadi perubahan politik dalam negeri ; pada 15 Agustus 1950, Negara Sumatera Timur dan Negara Indonesia Timur resmi menyatakan pembubarannya dan per 17 Agustus 1950 Republik Indonesia Serikat dibubarkan digantikan dengan negara kesatuan Republik Indonesia.

Suasana penyerahan kedaulatan di halaman Kantor Wali Negara Sumatra Timur (NST).
 
Kondisi ini menyebabkan pengguna gedung Manggalaan mengalami perubahan ; sesuai Perpu No. 5 Tahun 1950, 14 Agustus 1950 (ada transisi dijabat Sarimin Reksodiharjo 14 Agustus 1950-25 Januari 1951) yaitu menjadi Kantor Gubernur Sumatera Utara (termasuk Aceh) dengan Abdul Hakim sebagai Gubernur (25 Januari 1951-23 Oktober 1953), dan terus digunakan sampai saat ini.

Masalah hak kepemilikan sendiri melewati waktu yang panjang dalam hal penyelesaiannya, dimulai dengan perjanjian sewa antara NST sebagai penyewa dengan Deli Maatschappij sebagai pemilik yang seharusnya berakhir pada 1963, yang tetap berlanjut dan baru berakhir pada 1965 saat pemprov tidak melakukan pembayaran lagi. Sementara dengan adanya nasionalisasi pada 1959, Deli Maatschappij berubah menjadi PPN Tembakau Deli pada 1961, selanjutnya PTP IX pada 1968 dan akhirnya menjadi PTPN II pada tahun 1996.

Pemprov berulangkali mengajukan permohonan pelepasan hak kepada pihak perusahaan yang diikuti permohonan hibah pada tahun 1992, 1994 dan terakhir tahun 2006, namun tidak menghasilkan penyelesaian kongkrit. Barulah pada 15 Desember 2008, Pemprov Sumut secara resmi membayar ganti rugi sebesar Rp 1.000 kepada PT Perkebunan Nusantara II (Persero) atas lahan Kantor Gubernur Sumut di Jl Diponegoro No 30 Medan. Pembayaran ganti rugi diserahkan Sekdaprov Sumut, RE Nainggolan kepada Dirut PTPN II, Bhatara Moeda Nasution di halaman Kantor Gubernur Sumut dengan disaksikan Menneg BUMN, H. Sofyan A. Djalil selaku kuasa umum pemegang saham PTPN II dan Gubernur Sumut, H. Syamsul Arifin.

                               -----------------------------------------------------------

... Great Gatsby Van Batavia ... 

Dominique Willem Berretty (1891-1934) digambarkan oleh penulis memoarnya Gerard Termorshuizen dan Coen Van Veer dengan “Kematian diusia 43 tahun dalam kecelakaan pesawat di gurun pasir Rutbah, Suriah menjadi penyempurna kompleksitas kepribadiannya; dimana dalam kehidupan publik menunjukkan ambisi yang kejam sedang pada kehidupan pribadi bernuansa romantik”. 

Lahir di Yogyakarta, 20 November 1891 sebagai putra dari Léon Berretty seorang guru berkebangsaan Italia dan istrinya Maria Salem seorang Indo Jawa. Setelah menamatkan sekolah menengah di usia 16, Berretty pergi ke Batavia untuk bekerja di Posts Telegraafen Telefoon Dienst (PTT) yang dijalani selama 4 tahun. 

Tahun 1910 di usianya yang masih 20 tahun, Berretty melamar pekerjaan di Bataviaasch Nieuwsblad sebuah koran terkemuka di Hindia Belanda pada masa itu dan diterima sebagai korektor dan selanjutnya menjadi reporter. Setelah lima tahun bekerja di Bataviaasch Nieuwsblad, di tahun 1915 Berretty memutuskan pindah kerja ke Java Bode; sebuah koran konservatif, yang dijalaninya selama dua tahun. Pergaulannya yang sudah meluas membuka jalan baginya mendirikan sebuah perusahaan media sendiri. Awal April 1917 ia mendirikan Persen Knipsebureau (Biro Pers dan Kliping Koran) yang pada 23 April 1924, dijadikan perseroan terbatas dengan nama Algemeen Nieuws end Telegraaf Agentschap (yang kemudian dikenal sebagai: ANETA), sebuah perusahaan yang bergerak di keagenan berita dan telegraf, semacam kantor berita.

Dalam waktu yang singkat ; pada akhir 1920-an, Berretty telah menjadi salah seorang terkaya di Hindia-Belanda. Sebagai seorang pria yang membentuk dirinya sendiri, ia menunjukkan sedikit simpati kepada orang-orang Indo yang merasa dirugikan dan didiskriminasi.

 “Semua orang,” tulisnya kemudian, “putih atau coklat, memperoleh tempat yang dia inginkan, melalui sekolah atau melalui belajar mandiri. Ada orang bekerja dengan rajin, ada juga karena bakatnya” (Een Groots En Meeslepend Leven: hal. 133). Begitulah seterusnya, Berretty bagaikan “Randolph Hearst dari Hindia Belanda”; selalu berpihak pada kepentingan penguasa dan baron bisnis, memilih mitra yang setia sembari menyingkirkan lawan-lawan yang lemah. Ia adalah negosiator yang hebat, pembicara yang andal, dan tuan rumah yang murah hati. Ia memikat orang-orang dengan pesona, kemurahan hati, dan penampilannya yang glamour. Bisnis yang dijalankannya itu adalah memonopoli perputaran pers berita-berita yang beredar di Hindia Belanda. Berretty adalah sesosok pria flamboyan paling gesit berbisnis dan lincah dalam menaklukan wanita cantik. Dengan bermodal paras yang tampan dan ditambah timbunan uang yang tak terhitung, ia pun menjelma menjadi sosok Cassanova van Priangan.



Antara tahun 1912 – 1934, Berretty tercatat sudah enam kali menikah dan memiliki lima orang anak. Kesuksesan Berretty tidak luput dari pribadinya yang glamour dan sosialita. Ia adalah sebuah pribadi yang memukau sekaligus berantakan dan tidak terkendali. Bahkan kehidupan pribadinya tak pernah lepas dari sorotan public serta menjadi bahan gunjingan dan gosip dimana-mana. Tercatat Berretty pernah menikah enam kali. Namun salah satu gosip yang paling heboh dan sensasional pada zaman itu adalah ketika Berretty menjalin asmara dengan putri Gubernur Jenderal Jonkheer Mr. Bonifacius Cornelis de Jonge ( 12 September 1931-16 September 1936). 

Personalitas Berretty memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan menjadi awal kesuksesannya. Keluwesannya bergaul membuat dirinya mampu mendapatkan kontrak spionase dengan Jepang. Konon nilai kontrak spionase ini sebesar 500 ribu Gulden. Hal ini membuat Gubernur Jenderal B.C De Jonge tidak senang dengan Berretty. Sialnya pada tahun 1934 atau lebih tepatnya pada perjamuan malam Natal, Berretty yang tampan, sukses mendapatkan perhatian Mieke De Jonge, anak perempuan B.C De Jonge. Sontak sang Gubernur Jenderal bukan lagi tidak suka namun murka, dengan pria paling terkenal di tahun 1930-an ini. 

Tentunya hubungan antara anak perempuan De Jonge menjadi keuntungan tersendiri bagi Berretty. Konon banyak rahasia Belanda yang bocor ke Jepang ketika Berrety dengan anak De Jonge sedang berduaan. Pada tahun 1934 pula ANETA mendapat pukulan telak dari dunia bisnis telekomunikasi yang berubah haluan dari telegaf ke telepon nirkabel. 

Kondisi ini membuat Berrety harus mencari investor baru dan ia pun pergi menuju Belanda. Desember 1934 setelah bertemu dengan para investor yang berniat membeli ANETA, Dominique pulang menggunakan pesawat DC 2 “UIVER” dalam sebuah penerbangan reguler Amsterdam – Batavia. Nahas The Great Gatsby dari Batavia tidak pernah kembali menginjakkan kakinya di Batavia. Sebab 20 Desember 1934 pesawat DC 2 “UIVER” jatuh di gurun pasir Rutbah di Suriah. 

Laporan resmi menyebutkan DC 2 “UIVER” jatuh karena tersambar petir. Namun desas-desus yang santer beredar menyebutkan bahkan pesawat malang tersebut ditembak. Konon Gubernur B.C De Jonge adalah otak di belakang jatuhnya pesawat Berrety. Ia sengaja berkonspirasi menghilangkan nyawa The Great Gatsby dari Batavia. Mengorbankan satu pesawat dengan empat buah awaknya, membuktikan bahwa Dominique Berretty adalah ancaman penting bagi Belanda saat itu. 


Roda nasib kemudian berputar terlalu cepat. Kehidupan mewah Sang Cassanova van Priangan pun tamat. Setelah kematian Berrety, Villa Isola itu dijual pada Hotel Homann. Ketika Jepang mendarat di Jawa pada 1942, Villa Isola kemudian berfungsi sebagai tempat tinggal dan markas Komandan Divisi Tentara Hindia Belanda. Tidak lama kemudian Villa Isola kembali beralih fungsi dan berpindah tangan. Kali ini adalah menjadi markas Kampetai sekaligus tempat tinggal Jenderal Immamura. Gedung indah dan megah yang anggun itu menjadi saksi bisu abadi sebuah episentrum sejarah penyerahan kedaulatan Belanda kepada Jepang. 


Setelah perang usai, pada 20 Oktober 1954 bangunan Villa Isola dibeli pemerintah Republik Indonesia seharga Rp1,5 juta dan diubah namanya menjadi Bumi Siliwangi  diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang saat itu dijabat Mr. Muhammad Yamin. Oleh Kementerian PP dan K, gedung Bumi Siliwangi ini kemudian difungsikan sebagai tempat perkuliahan dan perkantoran Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang kelak bernama IKIP, lalu kini berganti nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). 

                       -------------------------------------------------

Thursday, November 16, 2023

PETUALANGAN DELI PLANTERS DI UKRAINA

Arthur Seyss-Inquart (22 Juli 1892 – 16 Oktober 1946) Reichskommissariat Niederlande mendampingi Hitler. Arthur Seyss-Inquart adalah Kanselir Austria terakhir sebelum diduduki Jerman dan selanjutnya menjabat sebagai Reichskommissariat Niederlande yang merupakan pejabat sipil tertinggi di Belanda.
… Pada 24 Februari 2022, Rusia melakukan  aksi yang disebut 'Special Military Operation' di Ukraina sebagai penanda eskalasi besar Rusia ke Ukraina yang konfliknya sudah dimulai tahun 2014.

Konflik ini menimbulkan beragam reaksi di dunia termasuk di Indonesia.

Peta supply gandum dunia dari Russia dan Ukraina.
Di Indonesia reaksi muncul karena adanya potensi instabilitas pasokan impor gandum. Tercatat, sepanjang 2021, total impor gandum Indonesia dari Ukraina adalah sebesar 2,76 Juta Ton dengan nilai  821 Juta USD. Nilai tersebut adalah 25,68% dari total impor gandum Indonesia tahun 2021 sebesar 10,74 Juta Ton senilai 3,3 MiliarUSD.(databoks.katadata.co.id).

 Sejatinya ; lahan subur Dnieper yang terletak diantara Dataran Rendah Laut Hitam – Azov ke Dataran Tinggi Donets – Azov, dimana Ukraina ada didalamnya sudah menjadi sumber pangan utama Benua Eropa selama berabad; suatu kondisi kehandalan strategis sekaligus rentan potensi ancaman ...

Perbandingan peta Ukraina saat ini dan saat PD II.

… Sementara itu, drama petualangan Deli Planters adalah  bermula pada 15 Mei 1940, yaitu saat Jerman menduduki Rotterdam  setelah bertempur selama lima hari. Pernyataan Netralitas Belanda saat pendudukan Polandia tahun 1939 ternyata tidak berpengaruh dimata Jerman.

Peperangan yang disebabkan ofensif Jerman ; bagi sebagian pihak merupakan penderitaan sementara disisi lain menjadi peluang dan kesempatan. Suatu perilaku oportunis yang menyeret Deli Planters berpetualang ke negeri yang jauh …

“PROJECT OEKRAINE”

“Proyek Ukraina” adalah nama resmi dari skema tersebut.

Meinoud Rost van Tonningen (Surabaya, 19 Februari 1894), seorang tokoh NSB (Nationaal Socialistische Beweging - Gerakan Nasional Sosialis) ; pendiri dan Direktur NOC yang dibuat dengan tujuan mengoordinasikan semua kegiatan ekonomi Belanda di Ostministerium (daerah taklukan di Eropa Timur)

Ketika  Jerman melancarkan ‘Blitzkrieg’ dengan sandi ‘Operatie Barbarossa’ pada 22 Juni 1941 ; ofensif berkekuatan 4,5 juta personil dari empat matra yang digelar sepanjang 2.900 Km dengan tujuan akhir Moskow ; pada akhirnya juga memberi dampak bagi Belanda. Dalam  ofensif ini, Ukraina yang menjadi salah satu tujuan utama karena potensi sumber pangan dan tambangnya berhasil  diduduki pada 17 Juli 1941.

Dalam istilah yang paling sederhana, proyek ini merupakan upaya Jerman meminta perusahaan kolonial Belanda dari Nederland Indies untuk menggali potensi komoditas skala besar didaerah pendudukan di Eropa Timur. Proyek Ukraina menetapkan Deli Maatschappij sebagai target utama dengan harapan sebagai perusahaan perkebunan terbesar dan paling berpengaruh di di pantai timur Sumatra dapat menjadi trigger bagi perusahaan lainnya.

Sebagai referensi ; dapat disampaikan bahwa selama pendudukan Jerman ;  seluruh perusahaan Belanda diambil alih dan pengawasannya dilakukan oleh seorang Verwaltung (Pengelola) yang ditetapkan oleh pemerintah pendudukan Jerman. Sebagai contoh ; Friedrich Jarl adalah Verwaltung untuk Deli Maatschappij, sedangkan pengelolaan secara operasional tetap  dilakukan oleh Dewan Direksi yang diketuai Herbert Cremer. 

Alfred Ernst Rosenberg (12 Januari 1893 – 16 Oktober 1946) adalah Reichminister Ostministerium pemegang kekuasaan tertinggi Jerman untk daerah pendudukan di Eropa Timur.
Reichminister Alfred Rosenberg bersama petinggi Nazi.

Selama PD II secara umum bisnis perusahaan Belanda tidak terpengaruh ; bahkan pada bisnis tertentu mengalami kenaikan omset sebagai supplier kebutuhan perang. Hal ini juga menjadi penjelasan, kenapa demikian cepatnya operasional perusahaan perkebunan Belanda di Nederland Indies bisa berjalan lancar bahkan setelah ditinggalkan selama 3,5 Tahun.

Pemberian mandat kepada Belanda untuk mempersiapkan kedatangan pasukan Sekutu dalam rangka kapitulasi tentara Jepang disikapi dengan membentuk NICA (Netherlands Indies Civil Administration atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda). Ketika NICA masuk ke Indonesia pada 29 September 1945 (via Australia ; tempat pengungsian sebagian pejabat Belanda saat diserang Jepang), maka pada rombongan tersebut ; sudah termasuk diantaranya para pejabat pemerintah, pengusaha, dan para bisnis ekesekutif.

Eksekutif operasional tertinggi NOC adalah Arthur Salcher, seorang fungsionaris Partai Nazi dengan jabatan Kepala Kantor Propaganda Reich Jerman di distrik Salzburg menjabat sebagai Verwaltung dan mengkoordinir perusahaan Belanda yang mengelola bisnis ratusan perkebunan di Nederland Indies (kebun, pabrik, bank, sarana pendukung) semasa pendudukan Jerman.

Logo NOC.

Nederlandhe Oost Compagnie (NOC) didirikan pada 6 Juni 1942 oleh Meinoud Rost van Tonningen (Surabaya, 19 Februari 1894), seorang tokoh NSB (Nationaal Socialistische Beweging - Gerakan Nasional Sosialis) ; dengan tujuan mengoordinasikan semua kegiatan ekonomi Belanda di Ostministerium (daerah taklukan di Eropa Timur) yang terdiri dari Ukraina, Estonia, Latvia, dan Lituania.Rost van Tonningen adalah juga Presiden Bank Nasional Belanda dan Sekretaris Jenderal dari Kementerian ‘Urusan Ekonomi Khusus’. Tonningen adalah anak Jenderal Marinus Bernardus Rost van Tonningen ; Panglima KNIL saat penaklukan Bali,

Dalam menjalankan fungsinya, Arthur Salcher menunjuk (tokoh kedua) Friedrich Jarl ; mantan Administrateur kebun tembakau dan karet Onderneming Rantaoe Prapat dari Deli Batavia Rubber Maatschappij. Jarl tergolong “Deli Old Hand”, yang sangat berpengalaman sebagai Deli Planters. Tiba di Medan di usia 22 tahun pada bulan April 1914 dan pada tahun 1926 telah menjabat sebagai Administrateur. Saat pensiun diusia 44 Tahun, Jarl kembali ke Belanda dan meneruskan karirnya di dunia perkebunan melalui Deko Gruppe yang membuka perkebunan di Kamerun dan Malaysia.

Selain Arthur Salcher dan Friedrich Jarl ada tokoh ketiga yang bernama Oskar Kufahl, orang Belanda keturunan Jerman yang berpengalaman bekerja bertahun-tahun di perkebunan di Soematra Oest Kust (Pantai Timur Sumatra).

Oskar Kufahl adalah tokoh terpenting diantara ketiganya, karena darinyalah terbangun jaring koneksitas antara penguasa dan pengusaha yang melahirkan “Proyek Ukraina”. Sebagai planters paling senior, Kufahl telah bekerja sebagai Deli Planters sejak berusia sembilan belas tahun. Profesi sebagai Deli Planters ini dijalaninya selama 29 tahun, dimana antara 1931 sampai 1939 menduduki jabatan sebagai Administrateur Onderneming di Deli Maatchappij. Selama di Medan Kufahl juga aktif di NSB dan menjabat sebagai Ketua NSB Medan.

Ketika sedang menjalani cuti panjang di Nederland tahun 1936, Kufahl berjumpa dan berbincang dengan Rautenberg ; saat itu disampaikannya bahwa dirinya akan segera pensiun dengan tabungan sebesar 300.000 Gulden dan berniat untuk berinvestasi.  Akhirnya, ketika pensiun dan kembali Ke Belanda pada tahun 1939 ; Oscar Kufahl dan Baron Hermann von Rautenberg, seorang Nazi sejak 1930 dan Konsul Jenderal di Berlin untuk Kosta Rika mendirikan NV Dunema di Amsterdam yang berbisnis grosir berlian dan perhiasan. NV Dunema ini nantinya (saat Jerman menduduki Belanda) menjadi laundering machine harta dan perhiasan Jahudi yang dijarah von Rautenberg.

Dari tiga personil utama, terdapat hidden person bernama Hauptsturmführer Walter Müller, Kepala Bagian Intelijen Asing dari Sicherheits Dienst (SD) di Den Haag.  Friedrich Jarl telah muncul di kantor Walter Müller pada tahun 1941 atas rekomendasi dari seorang kenalan di Deko-Gruppe di Berlin bernama Hans Joachim Fahrenholtz, dan melalui Fahrenholtz akhirnya Jarl mendapatkan posisi Verwaltung atas NV Internatio ; suatu investment banking company saingan NHM di Nederland Indies. Pada tahun 1942, Muller jugalah yang memperkenalkan Friedrich Jarl kepada Arthur Salcher yang saat itu Verwaltung atas Deli Maatschappij.

Walter Müller membangun jaringan intelijen diantara para petinggi pelaksana NOC sebagai sarana untuk membatasi dan mengkontrol kekuasaan Meinoud Rost van Tonningen yang secara resmi menjadi Pimpinan NOC dan beberapa jabatan penting lainnya. Muller juga menegaskan bahwa Tonningen sebagai Direktur bukanlah pemegang otoritas tertinggi, tetapi dirinyalah yang memegang mandat otoritas tertinggi dari pemerintah Jerman.

Dari uraian ketiga personalia utama pengelola plus satu hidden person dapat dirasakan rumitnya manajemen operasional NOC dalam menjalankan perannya. Kondisi ini masih ditambah lagi dengan kendala lapangan yang ditemui yang bermula dari buntunya koordinasi dan banyaknya perbedaan pandangan dalam merealisasikan Vierjahresplan Goering yang diimplementasikan pada “Project Oekraina” sehingga membuatnya menjadi berjalan tersendat.

K.Raadsheer dan Pimpinan HVA

Laporan perjalanan survei areal dan kesiapan perusahaan perkebunan Belanda di Ukraina yang dilaksanakan pada 23 Agustus – 15 September 1942 justru melemahkan rencana “Project Oekrania”. Anggota rombongan survey, diantaranya H.C.A Gransberg, mantan Hoofd Administrateur Deli Maatschappij di Medan ; K.Raadsheer,  mantan Pimpinan HVA di Medan dan Jan Jacob van Leeuwen Boomkamp, Direktur RCMA menyangsikan keberhasilan proyek sejak awal. Kebutuhan dukungan pemerintah seperti Koeli Ordonantie untuk menjamin kepatuhan pekerja dan  Poenale Sanctie uantuk menjamin pelaksanaan hukum diareal perkebunan seperti fasilitas yang diberikan pemerintah Nederland Indies kepada perusahaan perkebunan ternyata tidak dapat diberikan. Ditambah lagi keamanan di Ukraina sangatlah rawan, gangguan dari gerilyawan partisan datang tanpa henti sementara penggunaan izin senjata api bagi para pekebun dilarang oleh pimpinan militer ; kondisi ini menyebabkan lambannya progress dari proyek. Walaupun ada aktifitas seperti produksi tembakau dan cerutu, penangkapan dan produksi ikan kalengan ; tetapi secara faktual untuk perusahaan yang diberi konsesi seluas 1,2 Juta Hektar hasilnya amat kecil dalam skala ekonomis.

Jan Jacob van Leeuwen Boomkamp, Direktur RCMA
Jan Jacob van Leeuwen Boomkamp, Direktur RCMA

Mundurnya tentara Jerman akibat pukulan tentara Merah Russia, serta kekalutan yang terjadi di Belanda karena kekalahan Jerman sudah didepan mata mengakhiri kiprah NOC.


Pada tanggal 28 Desember 1944 Rost van Tonningen dipecat oleh pemimpin NSB Anton Mussert, karena terlibat pada aksi “Selasa Sinting” saat para petinggi NSB meninggalkan Belanda melarikan diri ke Jerman.  Protesnya kepada Generalkommissar für Finanz und Wirtschaft H. Fischböck tidak berhasil. Pada bulan Maret 1945 Rost van Tonningen yang sebelumnya mendaftar bergabung dengan Waffen-SS, berangkat ke garis depan di Betuwe. Posisi kekuatan Jerman yang sudah melemah menjadi penyebab tertangkapnya Tonningen oleh Tentara Kanada pada 8 Mei 1945. Selanjutnya pada 8 Juni 1945, Tonningen ditemukan mati bunuh diri dengan cara melompat di Penjara Scheveningen.

Setelah pembebasan Belanda oleh Sekutu, NOC dilikuidasi dan pengadilan diadakan terhadap para petingginya.

               -----------------------------------------------

Monday, November 6, 2023

Tan Tang Ho dan Seng Hap

Saat melintasi kawasan Kesawan mengarah ke Kantor Pos, maka sebelum sampai di perempatan Lonsum kita akan melihat sebuah gedung tua bergaya Romawi disebelah kanan jalan.

Gedung itu dulunya merupakan salah satu bangunan ikonik di Kesawan yang berfungsi sebagai toko serba ada yang dikenal dengan nama “ Toko Seng Hap”  milik Tan Tang Ho. Peresmiannya pada Minggu 25 Maret 1900 dihadiri berbagai kalangan di Sumatera Timur dan dimeriahkan penampilan orchestra dari Philipina. Bangunan seluas  7.680 kaki persegi ini dioperasikan lebih dari 50 orang karyawan dan sudah difasilitasi tenaga listrik untuk penerangannya

NV Handelmij Seng Hap, didirikan pada 1881 dengan modal sebesar NLG 200.000 yang terdiri dari 200 saham bernilai NLG 1.000 /lembar. Seng Hap berkantor pusat di Medan dengan cabang di Pangkalan Brandan (1904), Binjai (1906) dan Tanjung Balai (1906). Logo Seng Hap adalah burung yang dalam bahasa Mandarin berarti ‘sukses dan damai bersama’.


Tan Tang Ho lahir pada 1860 di Batavia, memulai usahanya di Medan saat berumur 14 tahun sebagai pedagang kelontong keliling dan merupakan salah seorang pemukim Tionghoa paling awal di Medan. Tan Tang Ho tidak bisa berbahasa Belanda dan berpendidikan rendah tetapi tidak buta huruf.

Pada awalnya, setelah tiba di Medan, dia sangat hemat sehingga terkadang tidak membeli beras, hanya untuk menyimpan uang hasil jerih payahnya. Dia menerima bantuan dari seorang Belanda yang bekerja untuk Deli Spoorweg Maatschappij yang secara teratur membeli barang-barang kecil darinya. Pada tahun 1881 ia memulai perusahaan Seng Hap yang akhirnya menjadi toko paling mewah di kota. Toko Seng Hap departemen store dibangun dalam waktu  9 tahun baru untuk Seng Hap dengan gaya arsitektur Madeleine Parisiene dan selesai pada tahun 1900.



Barang yang dijual meliputi berbagai produk yang diimpor langsung dari Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Afrika Selatan, dan Australia. Awalnya Seng Hap mengkhususkan diri dalam produk makanan, susu produk, daging dan ikan. Selain itu produk non makanan juga ditawarkan dalam jumlah besar seperti peralatan rumah tangga, brankas, koper perjalanan, termasuk Sepeda Fongers dari Belanda.

Perhiasan serta jam tangan emas dan perak juga tersedia untuk dijual, selain senjata maupun cerutu dan rokok. Untuk menginformasikan dan memperkenalkan produknya,  Seng Hap rajin beriklan di surat kabar dan papan luar ruang untuk menghadapi persaingan.

Selain mendapatkan penghasilannya dari perusahaan perdagangan dan ritelnya yang sukses, Tan Tang Ho juga mendapatkan penghasilan dari kontrak pengadaan garam di Bagan Si Api Api bersama Tjong A Fie pada 1897.

Pada tanggal 18 Oktober 1918 Tan Tang Ho meninggal, pemakamannya dilakukan pada 27 Oktober. Putranya Tan Boen An, Tan Boen Hok dan Tan Boen Djin serta menantunya, Jong King Weng, mengambil alih pengelolaan perusahaan dengan Tan Boen An menjabat sebagai direktur.

Tan Boen Djin

Tan Boen Djin, lahir di Medan tahun 1914 merupakan anak bungsu Tan Tang Ho, pemilik Seng Hap.

 

Saat Tan Tang Ho meninggal pada tahun 1918, putra sulungnya Tan Boen An menjadi warga negara Tiongkok pertama yang terpilih secara demokratis sebagai anggota Dewan Kota (setara dengan posisi DPRD saat ini), yang berlanjut selama hampir 20 tahun.

Meninggalnya Tan Tang Ho menjadikan Tan Boen An mengambil alih tanggung jawab keluarga termasuk untuk adik bungsunya Tan Boen Djin. Tan Boen An memilihkan sekolah Belanda untuk Tan Boen Djin, dan indekost dirumah Guru Kepala Klevant  agar dapat menyerap disiplin dan tatacara kehidupan barat.  Tan Boen Djin muda hidup di keluarga Klevant bersama putra-putra Sultan Langkat dan Sultan Serdang.  

Tahun 1932 Tan Boen Djin menyelesaikan dua tahun terakhir sekolah menengahnya di Harderwijk Hogeschool dimana ia tinggal bersama saudara perempuan Ny. Klevant.

Setelah SMA Tan Boen Djin melanjutkan pendidikannya  di School voor Economie en Ondernemen  di Amersfoort selama tiga tahun dan setelah lulus dia berlayar kembali ke Meda ditahun 1937 untuk mengelola Seng Hap bersama Tan Boen An dan Tan Boen Hok.

Ketika Tan Boen An meninggal tak lama setelah pengakuan kedaulatan, Tan Boen Djin telah telah matang untuk menjadi suksesor sebagai direktur Seng Hap.

Tan Boen Djin juga menjadi anggota pendiri Yayasan Universitas Sumatera Utara yang didirikan pada tanggal 4 juni 1952. Yayasan ini mendirikan Fakultas Kedokteran pada tanggal 20 Agustus 1952 yang menjadi fakultas pertama dilingkup Universitas Sumatera Utara. Tan Boen An pendiri USU bersama antara lain Gubernur Abdul Hakim, Walikota A.M. Djaluddin, dr. T. Mansoer, dr. Soemarsono, dan Prof. Mr. Ny. Ani Abas Manopo.

Dimasa tuanya, Tan Boen Djin terpaksa menjual perusahaan Seng Hap karena tidak mempunyai keturunan yang berniat melanjutkan bisnis keluarga. Tan Boen Djin meninggal pada tahun 2009 saat berusia 95 tahun.

                   ------------------------------------------------

Sunday, November 5, 2023

Jacobus Nienhuys Sang Pionir …

 

Pernah ada sebuah monumen air pancur didepan Kantor Pos Medan yang apabila diperhatikan, pada badan air pancur tersebut terdapat relief wajah seseorang. Relief tersebut adalah wajah Jacobus Nienhuys, sang pemula dan peretas jalan sekaligus pembentuk budaya perkebunan di Deli. Terlahir  15 Juli 1836 sebagai anak seorang makelar tembakau di Amsterdam Jacob memijakkan kakinya pertama kali di tanah Deli pada tanggal 5 Mei 1863, sembilan bulan sesudah penanda tanganan perjanjian antara Sultan Deli dengan Residen Elias Netscher.

Kerap terjadi salah tafsir terhadap Jacobus Nienhuys ; sebagai pribadi pionir Deli Planters dan tafsir lain yaitu sebagai pribadi penggagas Deli Maatschappij. Multi tafsir ini menimbulkan suatu situasi konotatif, padahal secara faktual kondisi awal keberadannya di Deli sangatlah berbeda.

Siapa Jacobus Nienhuys ? 


 

Sekarang ini, mungkin tidak banyak yang mengenal nama Jacobus Nienhuys dan mungkin hanya tinggal di benak akademisi peneliti atau pemerhati sejarah berkaitan  Tembakau Deli. Padahal peranan Jacobus Nienhuys sebagai pionir bisa menjadi sumber inspirasi bagaimana keberanian dan jiwa wirausaha menjadi awal mula lahirnya kebudayaan Tembakau di Sumatera dan menjadi inspirator pembangunan Medan sebagai kota modern.

Jacobus Nienhuys pemegang bintang Ridder In De Orde Van De Nederlandse Leeuw lahir 15 Juli 1836 di Rhenen, putra dari Jan Willem Nienhuys dengan Frederica Catharina Juliana Loen. Terlahir sebagai putra salah satu pialang tembakau terkemuka di Amsterdam yang melanjutkan bisnis perusahaan. Jacobus meninggal pada 27 Juli 1927 di Bloemendaal dalam usia 91 tahun dan dimakamkan pada 30 Juli 1927 di Velsen.  Pada umur 36 tahun Jacobus Nienhuys menikahi Eva Diederika Luijten yang berumur 23 tahun, pada tanggal 15-11-1872 di Lekkerkerk dan memiliki 7 orang anak.
Jan Willem Nienhuys orangtua Jacobus Nienhuys mempunyai latar belakang pekerjaan sebagai pialang dan pedagang tembakau  yang diimpor dari Amerika dan Jawa sebagai bisnis keluarga.

Jan Willem berharap agar Jacobus dapat meruskan bisnis keluarga tetapi Jacobus berkeinginan untuk menjadi pekebun profesional ; dan melanjutkan pendidikan disebuah institut pertanian di  Rhenen, Belanda. Selepas menamatkan pendidikannya Jacobus memilih pekerjaan disebuah perkebunan di Jerman dengan tujuan mengumpulkan biaya untuk merantau ke Jawa sebagai tanah impian tujuannya. Pada tahun 1860 akhirnya Jacobus Nienhuys tiba di Jawa diusia 24 tahun untuk bekerja sebagai asisten budidaya tembakau di kebun “Nicot milik pemerintah di Ngladjoe, Rembang. Selanjutnya dengan tujuan lebih mendapatkan pengalaman, Nienhuys pindah kerja ke Kebun Singahan milik Firma Vincent Farensbach di Tuban.

Sementara itu ; pada 21 Sept 1861 Pieter Van den Arend mendirikan cabang Van den Arend Surabaya (konsorsium empat pedagang Rotterdam yang berminat memperoleh perkebunan tembakau di Jawa) serta menunjuk Van Leeuwen & Co sebagai agen produksinya.

Pada tanggal 27 September 1861 Nienhuys, diberi kuasa Pieter van den Arend untuk mencari perkebunan kecil seluas 75 sampai 150 hektar dalam suatu daerah yang mempunyai jalan masuk dengan mudah ke pelabuhan dan masih mempunyai daerah sisa bagi kemungkinan perluasan masa mendatang dan dengan penduduk yang mengerti penanaman tembakau. Perkebunan seperti itu ternyata sangat sukar ditemukan, dan sampai tahun 1862 Nienhuys hanya mampu membeli tembakau yang tidak signifikan kuantitasnya.

Ketika Van den Arend membutuhkan personil tetap sebagai pengelola sesuai spesifikasi dan sudah berpengalaman ; maka mereka menawarkan posisi tersebut dan diterima Nienhuys pada 10 Januari 1862.

Pada tahun berikutnya, atas desakan konsorsium itu Nienhuys menyewa perkebunan ’’Tempeh” dekat Lumajang di keresidenan Besuki di Jawa Timur. Tetapi setelah beberapa minggu, ia mengangkat seorang administrateur untuk perkebunan itu dan memutuskan untuk meneruskan kembali mencari lahan tembakau yang lebih baik.

Drama Dan Perjuangan Sebagai Deli Planters.

Suatu ketika sebuah perusahaan dagang Surabaya, Van Leeuwen & Co., yang merupakan sahabat dagang dari Van den Arend mengundang Nienhuys berdiskusi dengan Said Abdullah Ibnu Umar Bilsagih yang mengaku sebagai seorang berpengaruh di Kesultanan Deli. Said Abdullah menyampaikan suatu paparan tentang prospek tanaman tembakau yang sudah dibudidayakan masyarakat secara luas, ketersediaan tanah yang sangat subur dan kesempatan mendapatkan hak monopoli untuk hasil bumi dari Deli.

Atas presentasi tersebut; bersama-sama dengan perwakilan dari Van Leeuwen & Co., Nienhuys memutuskan untuk melakukan peninjauan langsung potensi yang dipresentasikan tersebut ke Deli dengan panduan Said Abdullah.

Pada 10 Mei 1863 kapal “Josephine” milik Van Leeuwen & Co berangkat meninggalkan Surabaya menuju Deli, biaya ekspedisi ini ditanggung oleh suatu asosiasi di Rotterdam yang dipimpin oleh Van Den Arend. Tujuan utama ekspedisi ke Deli adalah untuk menyelidiki kemungkinan eksplotasi budidaya tembakau di Deli serta prospek lain sebagai tindak lanjut informasi yang disampaikan oleh Said Abdullah. 

Dalam perjalanannya, rombongan berkunjung ke Residen E.Netscher di Riau. Netscher adalah seorang pejabat yang mempunyai pengetahuan tentang Sumatra Timur sebagai hasil ekspedisinya pada  bulan Agustus 1862 dan Maret 1863.  Persinggahan yang kedua adalah di Singapura untuk membeli barang dagangan seperti candu dan tekstil, selain itu mereka juga membeli persediaan secukupnya dollar pilaar, mata uang yang digunakan di Sumatra Timur seperti yang disarankan Netscher. Persinggahan terakhir adalah di Bengkalis, Nienhuys dan rombongan mengunjungi Asisten Residen Arnoud pejabat yang bertanggung jawab atas pemerintahan Deli.

Rombongan tiba di Kuala Deli tanggal 7 Juli 1863 dan melakukan observasi lapangan dan melalui serangkaian pembicaraan dan perundingan. 

Situasi di awal keberadaan Nienhuys di Tanah Deli merupakan tahun penuh drama dan perjuangan untuk dilalui. Bagi Nienhuys sendiri, ketabahannya tumbuh dari keyakinan terhadap kapabilitas  Sultan sebagai seorang yang baik, hormat serta suka menolong. Selain itu Nienhhuys melihat Sultan mempunyai visi akan kemakmuran yang dapat diwujudkan melalui investasi asing ; dan untuk keyakinannya tersebut dirinya berjanji akan melindungi dan menjaga keselamatan serta kalau perlu membantu Nienhuys sendiri.

Cobaan pertama adalah kenyataan bahwa segala yang disampaikan Said Abdullah Ibnu Umar Bilsagih tidak terbukti. Dimulai dari pernyataan tembakau sudah dibudidayakan masyarakat luas di Buluh China pada kenyataannya kuantitas dan kualitas yang tersedia adalah jauh dari skala ekonomis sebagai komoditas dagang. Selanjutnya kesiapan Kesultanan Deli untuk menerima eksplotasi perusahaan perkebunan dengan memberikan hak konsesi ternyata terhambat dengan  kontrak yang telah diteken oleh tuanku Sultan dengan pemerintah Hindia pada 22 Augustus 1862 berhubung dengan bunyinya pasal 7 yang menyatakan orang orang Eropah tidak boleh di biarkan berduduk diam ditanah Deli.

Untungnya Nienhuys mempunyai kemampuan berdiplomasi yang sangat baik ; berkebetulan kontrak tersebut belum ditanda tangani oleh Gubernur Jenderal. Mensikapi situasi tersebut maka diusahakan untuk mengadakan penyesuaian isi kontrak melalui Asisten Residen sehingga memungkinkan bagi Sultan Deli memberi konsesi kepada bangsa Eropah dan kepada orang Timur atau orang Barat Asing, dengan izin dari Residen  Riau. Demikian juga untuk hak berdagang dan tinggal di Tanah Deli tanpa batas waktu dapat diberikan dengan izin dari Residen  Riau.

Cobaan berikutnya adalah usaha penanaman tembakau ini pada awalnya gagal dan mengalami kerugian besar. Tim ekspedisi membuat laporan awal yang menyatakan bahwa Deli adalah dataran rendah yang berawa-rawa yang sebagian besar ditutupi hutan-hutan primer yang tidak dapat dijelajahi oleh manusia dan orang-orang pribumi yang tinggal di tepi sungai membiarkan hutan-hutannya didiami oleh monyet, badak, buaya, harimau, dan biantang buas lainnya serta penyakit malaria.” Mendapatkan laporan ini membuat Van Leeuwen & Co menarik diri dari usaha penanaman tembakau di Deli (Van Leeuwen & Co kembali berinvestasi ke Deli pada 1909 dengan membentuk perusahaan RCMA). Hampir seluruh anggota ekspedisi pulang ke Jawa kecuali Nienhuys yang masih yakin usahanya berhasil dan meneruskan usahanya dengan sokongan biaya dari Van Den Arend.

 

Nienhuys membuka lahan perkebunan pertamanya di Martubung mempekerjakan 88 kuli Cina dan 23 Melayu. Lahan tersebut sangat subur dan cocok untuk pertumbuhan tembakau. Kebun tersebut berada disepanjang sisi barat sungai Deli yang berhadapan dengan Kampong Besar di daerah Titi Papan. Lahan tersebut merupakan tanah berpasir halus dengan kesuburan tanah yang sangat tinggi sehingga tembakau yang dihasilkan pun berkualitas sangat tinggi meski tanpa pupuk.

Panen pertama yang menjadi contoh produksi tembakau Deli sampai ke Rotterdam pada Maret 1864. Sambutan yang didapat ternyata sangatlah memuaskan karena kualitas daun dan dan daya bakar dekblad yang baik. Keberhasilan ini mendorong Van Den Arend memerintahkan Nienhuys memperluas usahanya. Sultan Deli, yang mengerti bahwa kedatangan pemukim Eropa membawa kemakmuran memberikan support atas usaha ekspansi perusahaan perkebunan.

Di tahun 1865 dihasilkan 189 Bal (1 Bal = 70 Kg) dan dijual dengan harga 149 sen/pon. Pada tahun 1866 dihasilkan 159 Bal tembakau Deli terjual dengan harga tinggi di Rotterdam. Harga tinggi ini bertepatan dengan bertambahnya permintaan akan dekblad sebagai tembakau pembalut di pasaran cerutu Belanda. Terjadinya perubahan perilaku konsumen dari tembakau pipa ke cerutu, juga merubah sumber penghasil utamanya dari  Cuba dan Jawa ke Tembakau Deli dari Sumatera.

Berbagai hambatan teknis yang berhasil dihadapi Nienhuys sepertinya tidak sama dengan permasalahan dibidang finansial. Walaupun harga penjualan favourable tetapi kuantitas produk terjual belum bisa menutup ongkos produksi, sehingga Van den Arend harus terus menginject modal kerja untuk kelangsungan operasional perusahaan. Sebagai contoh setelah pengiriman yang tiba di Maret 1864, Van den Arend menginject modal kerja  sebesar NLG 5.000 sembari menekankan agar berkonsentrasi  terhadap pengembangan proyek percontohan itu. Penekanan untuk berkonsentrasi penuh ini ditekankan, karena melakukan kegiatan sebagai merchant (rumah dagang) dengan melakukan jual beli komoditas maupun barang impor. Pada akhirnya situasi ini menimbulkan konflik internal yang berujung pada pengajuan pengunduran diri melalui suratnya tertanggal 15 November 1866. Nienhuys meminta supaya ia dibebaskan dari kedudukannya, dan sepucuk surat tertanggal 20 Januari 1867 dari Rotterdam memerintahkan Nienhuys supaya penyerahkan pengurusan perusahaan kepada W.P.H. de Munnick. Jacobus Nienhuys tiba di Belanda dalam keadaan fisik menderita pada bulan Agustus 1867.

Berdirinya Deli Maatschappij. 

 

Jacobus Nienhuys yang dilatih di Rhenen memiliki product experience hasil keberadaan 4 tahun di Deli. Suatu keyakinan awal yang timbul ketika melihat tembakau lokal yang tumbuh berdaun sangat lebat menggambarkan prognosis terbaik dari introduksi benih Havana di Deli. Product experience merupakan intangible asset pribadi yang sangat besar bagi Nienhuys ketika dirinya berusaha mencari pemodal untuk melanjutkan usahanya dalam bisnis tembakau di Deli. Pedagang tembakau asal Amsterdam, G.C. Clemen, yang dihubungi oleh Nienhuys pada tahun 1867 ketika ia datang ke Belanda untuk mencari modal, sangat memahami pentingnya produk baru ini untuk menutupi kebutuhan pasar di Belanda. Didorong oleh keyakinannya terhadap produk baru tersebut, P.W. Janssen memutuskan untuk menyediakan sejumlah NLG 10.000 yang diperlukan untuk kelanjutan bisnis perkebunan Nienhuys. 

Kapabilitas P.W. Janssen sebagai seorang pialang tembakau terpercaya, menerbitkan minat  Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM/Factorij) menyetujui proposalnya mendirikan perusahaan perkebunan di Deli dengan NHM sebagai support systemnya. Kepercayaan diberikan kepada P. W. Janssen oleh manajemen NHM saat Nienhuys telah kembali ke Deli di akhir tahun 1867.
Pada Januari 1868 Nienhuys memperoleh konsesi di sepanjang Sungai Deli selama 99 tahun dan ketika produk yang ditanamnya pada tahun itu terjual dengan keuntungan yang besar, memuluskan proposal P.W. Janssen untuk menetapkan Janssen, Clemen dan Nienhuys menjadi pemilik separuh saham Perusahaan Deli yang akan didirikan. Pendirian Deli Maatschappij ditandatangani pada tanggal 28 Oktober 1869 yang membuat  perusahaan baru tersebut memiliki sumber daya operasional yang luas. Tambahan modal dari NLG 300.000 menjadi NLG 500.000 diberikan dengan ketentuan bahwa seluruh aspek finansial dikelola oleh kantor pusat di Belanda. 

Suatu kondisi ideal dari perjanjian adalah bahwa NHM tidak bertindak sebagai bankir tetapi hanya sebagai pemegang saham, sehingga surat wesel ditarik pada Perusahaan Deli sendiri dan produksi serta penjualan dilakukan tetap satu tangan.  

Di tahun 1871 Jacobus Nienhuys kembali ke Belanda dengan alasan kesehatan untuk digantikan dengan J.T. Cramer. Pada tahun yang sama berdiri Deli Planters Vereeniging yang mengelola pengadaan tenaga kerja dari Cina. Keadaan Deli berubah pesat seiring dengan munculnya perusahaan dan perkebunan tembakau. Beberapa perusahaan muncul antara lain Deli Batavia Maatschappij di tahun 1875, Tabak Maatschappij Arendburg di tahun 1877 dan Senembah Maatschappij pada tahun 1889, dan banyak lagi perusahaan lain. Daerah Deli pun menjadi daerah yang sangat kaya bukan saja untuk orang Belanda tetapi juga untuk orang Cina, India, Arab, Melayu, Minangkabau, dan orang Batak, serta semua orang yang bermukim di Deli. Para Raja dan Sultan pun ikut meraup keuntungan. Istana-istana megah pun dibangun, mesjid dan taman didirikan, dan kota Medan pun menjadi salah satu kota termaju di Asia Timur. 

Akhir yang Tragis … 

Air pancur mewah dan megah yang diresmikan pada tahun 1913 dibongkar pada tahun 1958. Air pancur tersebut adalah bentuk penghormatan dan kekaguman terhadap Jacobus Nienhuys sang pionir inspiratif. Inspirator gigih yang harus meninggalkan Deli dengan tergesa-gesa untuk menghindari penyidikan terhadap tuduhan mencambuk tujuh kuli hingga tewas.

 
 
 

Akhirnya, Bapak Van den Brandhof membacakan salinan telegram yang dikirimkan kepada Jacobus Nienhyus berisi pemberitahuan peresmian monumen dan menyampaikan doa dan harapan terbaik untuknya.Deli Planters sangat menghormati Jacobus Nienhyus sang pionir inspiratif, dan 50 tahun kedatangannya ke Deli direncanakan akan diperingati secara megah. Untuk hal tersebut Deli Planters Vereeniging  sebagai gabungan para pekebun di Deli membuat kepanitiaan dan memutuskan untuk membuat monumen tugu peringatan yang akan disumbangkan ke Kotamadya Medan.

Monumen berbentuk tugu tersebut diterangi cahaya empat buah lampu dengan semburan air pancur. Kesulitan dalam mendesain monumen ini adalah bahwa monumen ini harus sekaligus menjadi air pancur dan sumber cahaya untuk penerangan area yang cukup luas.
Kombinasi ini tidak mudah namun berhasil diwujudkan. Monumen ini memberikan kesan yang cukup besar namun tetap mempertahankan kelangsingan tertentu karena menopang 4 lampu busur yang memancarkan cahaya dalam lingkaran lebar. Daun tembakau berfungsi sebagai motif hiasan ditepi kolam berfungsi sebagai dasar monumen, dilengkapi dan dihiasi detail silhoute serta nama Nienhuys di badan tugu.
Pada 23 Mei 1913 Van Yzeren Hoofd Administrateur Deli Maatschappij meresmikan monumen Jacobus Nienhuys berbentuk air pancur yang terletak di depan kantor pos di antara Hotel de Boer dan Witte Sociëteit, dimana para pekebun datang untuk menyegarkan diri pada dihari libur. Monumen seharga NLG 12.500 didisain dan dibuat oleh perusahaan Braat di Delft.